Pertemukan Ilmu Sains dengan Ilmu Sosial Humaniora dalam Seminar Bertajuk Art, Design, Religion and Humanities
Oleh Ahmad Fadil
Editor Ahmad Fadil
BANDUNG, itb.ac.id – Pada hari Senin, 13 November 2017, Kelompok Keahlian Ilmu Kemanusiaan ITB menggelar sebuah seminar sekaligus diskusi di Aula Timur ITB. Seminar yang mulai pukul 08.00 hingga sekitar pukul 12.00 ini bertajuk. Diskusi ini memberi nuansa berbeda sebab ilmu sains dipertemukan dalam sebuah wadah dengan ilmu sosial dan humaniora. Pertemuan antar disiplin ilmu ini penting karena keseimbangan antara ilmu sains dan ilmu sosial dan humaniora dibutuhkan untuk saling melengkapi.
Seminar dibawakan oleh Dr. Agus Syihabudin, M.A dari KKIK ITB. Dua pembicara pertama, yakni Dr. Kamarulzaman Mohamed Karim dari Universiti Pendidikan Sultan Idris serta Prof. Toto Winata, Ph.D dari FMIPA ITB memaparkan masing-masing materinya. Dr. Kamarulzaman menyampaikan bahwa musik sudah tidak lagi sekedar cara untuk berekspresi. Musik telah menjadi sebuah media untuk menyatakan pesan maupun makna. Ia menutup dengan menyampaikan pentingnya memanfaatkan segala elemen yang terdapat di dalam musik seperti melodi, ritme dan harmoni karena ketergantungan pada lirik akan membuat elemen-elemen lain sekadar menjadi pembangkit suasana. Prof. Toto dari FMIPA ITB memberikan paparan seputar hubungan antara spiritualitas dengan perkembangan sains dan teknologi. Perkembangan diri setiap orang akan berpengaruh pada perkembangan sains. Ilmu akan terus mengalami perbaruan dan perbaikan, dan manusia pada saat yang sama juga harus terus memperbaiki diri. Berikutnya, Dr. Sarwono, M.Sn., dari Universitas Negeri Sebelas Maret memaparkan materi Estetika Seni Tradisi Berbasis Kearifan Lokal. Seni sangat dipengaruhi oleh kultur yang ada di dalam suatu masyarakat. Kultur ini memiliki sifat yang kuat dalam hal mampu mengakomodasi budaya luar dan mampu memberikan arah pada perkembangan budaya.
Pemaparan terkahir diisi oleh Prof. Dr. Ir. Hasanuddin Z. Abidin, M.Sc., guru besar ITB yang juga merupakan Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG). Beliau menjelaskan kaitan antara alam semesta dengan agama, khususnya agama Islam. Dalam materi berjudul “Memaknai Alam Semesta untuk Keseharian”, beliau memulai pemaparannya dengan sebuah pertanyaan, “Apakah ada peradaban di luar bumi kita ini di alam semesta?” Dari pertanyaan tersebut beliau merambah ke penjelasan mengenai betapa bumi yang kita tinggali hanyalah bagian kecil yang nyaris tidak berarti jika dibandingkan dengan seluruh alam semesta yang sangat luas, terlebih mengingat bahwa alam semesta terus berkembang dalam hal ukuran. Dari hal ini beliau mengamati bahwa ada beberapa pemaknaan yang dapat diambil; bahwa dengan teraturnya benda-benda langit mengikuti hukum-hukum alam, dunia pasti ada yang menciptakan dan mengatur; bahwa besarnya alam semesta semestinya membuat manusia menjadi merendah, alih-alih menyombong; bahwa dengan beragamnya benda langit dengan beragam bentuk, ukuran dan sifatnya, keberagaman menjadi sebuah keniscayaan dalam kehidupan ini.