Country Leader Philips Indonesia Berikan Kuliah Bertajuk Penerangan dan Smart City
Oleh Cintya Nursyifa
Editor Cintya Nursyifa
BANDUNG, itb.ac.id – Isu menjadi topik yang perlu
diperdalam terutama disandingkan dengan ITB sebagai kampus teknologi. Teknologi
penerangan (lighting technology) bukan menjadi barang baru bagi ITB. Guna
menambah wawasan dan pengetahuan di bidang tersebut, Rami Hajjar (Country
Leader Philips Indonesia) diberikan kesempatan memberikan kuliah Studium Generale
dengan topik “Empowering Cities with Connected Lighting” pada Rabu (01/11/17)
lalu di Aula Timur.
Penerangan membantu kota dalam mewujudkan visi menjadi smart city. Hal ini dapat dijelaskan dari sedi penyediaan teknologi, manufaktur, pelayanan yang baik, konsumsi energy yang rendah, dan layak tinggal. Suatu kota dikategorikan smart city salah satunya memiliki ciri berupa kebutuhan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan teknologi tinggi dan bakat kreatif. Saat ini, New York dinobatkan sebagai Top Smart City. Smart city di Indonesia masih dalam tahap perkembangan. Jakarta sebagai ibukota menduduki posisi yang kurang sesuai harapan.
Rami memaparkan bahwa kesulitan yang dihadapi dalam merealisasikan Smart City berasal dari keterbatasan dalam pengendalian (controlling) mulai dari sektor keamanan, infrastruktur, energi, dan sebagainya. Hal ini menjadi pertimbangan yang penting bagi Indonesia mengingat 50% dari seluruh penduduk Indonesia merupakan populasi yang besar. ITB sebagai kampus yang mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dapat berkontribusi dalam realisasi smart city yang berkelanjutan. Porsi teknologi menjadi dominan dibandungkan sektor lain. Indonesia memiliki penduduk yang menjadi pemakai teknologi dalam ukuran yang besar, namun belum diimbangi dengan produksi teknologi yang sesuai dan bijak.
Produktivitas energi yang tinggi merupakan salah satu ciri smart city. Produktivitas energi ini dapat diukur dengan GBP dan jumlah penggunaan energi. Dunia berusaha menciptakan teknologi untuk menjaga peningkatan konsumsi energi yang tetap lambat. Berkaitan pula dengan teknologi dan efisiensi energi, kecanggihan teknologi kini dapat memungkinan pengontrolan suatu urusan dalam suatu kota hanya menggunakan 1 laptop saja. Selain kebutuhan energi, dalam membangun smart city pun sangat dibutuhkan investasi yang sangat besar guna membangun infrastruktur agar dapat mempersiapkan atmosfer yang kompetitif dan butuh penanganan secara intensif sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan.
Sektor penerangan dikategorikan ke dalam sektor yang paling cepat berkembang dan bertransformasi. Ritme-ritme yang muncul dalam kehidupan di koa dapat dihubungkan melalui penerangan. Hal ini pula merupakan suatu wujud wajah peradaban kota. Sebagai suatu contoh, pada positioning system, kini penerangan digunakan sebagai sarana komunikasi. Suatu swalayan kini menerapkan aplikasi yang dapat membantu konsumen mencari barang tertentu, sistem akan merespon dengan menunjukkan jalur menuju barang yang diinginkan dan terdapat lampu yang akan menyala dan menerangi barang tersebut. Ini pula yang dapat dikatakan suatu hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan penerangan.
Sebagai penutup, Rami menjelaskan isu yang sedang berkembang yaitu polusi cahaya. Polusi ini merupakan suatu kondisi yang terjadi ketika lingkungan memiliki karakter dan ukuran penerangan yang tidak sesuai sebagaimana harusnya. Hal ini diakibatkan oleh penggunaan LED yang berkualitas rendah. Sebagai solusinya, sistem smart lighting digunakan dan diterapkan sebagai regulasi. Selain itu, manajemen penerangan telah menggunakan sistem terukur yang dapat merespon ketidakidealan kondisi penerangan sehingga meminimalisir dampak buruk akibat polusi cahaya. Manajemen ini pula mencakup aspek material dan lingkungan.