Pesan Untuk Mahasiswa Dari Wakil Presiden RI ke-11 di Sidang Terbuka Wisuda Ketiga ITB Tahun Akademik 2016/2017
Oleh Muhammad Arief Ardiansyah
Editor Muhammad Arief Ardiansyah
BANDUNG, itb.ac.id – Kehadiran Wakil Presiden RI ke-11, Prof. Dr. H. Boediono, M.Ec., dalam Sidang Terbuka Wisuda Ketiga Institut Teknologi Bandung TA.2016/2017 Program Sarjana yang lalu memang menghadirkankan banyak hal yang spesial. Bukan hanya karena langkanya kesempatan silaturahim Wakil Presiden RI saat sidang wisuda tetapi pertemuan kala itu seakan menjadi reuni bagi Prof. Boediono kepada Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga ITB) yang menjadi tempatnya mendeklarasikan diri sebagai Calon Wakil Presiden RI delapan tahun yang lalu. Tak lupa beliau memberikan pesan kepada para mahasiswa ITB yang masih menempuh masa perkuliahan sebelum beliau bertolak dari gedung yang memiliki kenangan penting bagi dirinya itu.
Sekilas tentang Prof. Boediono
Prof. Boediono lahir di Blitar pada 25 Februari 1943. Beliau merupakan Wakil Presiden RI ke-11 yang menjabat pada periode 2009-2014. Konon sebelum menjabat sebagai Wapres beliau pernah menduduki jabatan sebagai Gubernur Bank Indonesia (2008-2009), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (2005-2008), Menteri Keuangan (2001-2004), dan Kepala Bappenas (1998-1999). Ekonom lulusan Universitas Gadjah Mada ini meraih gelar masternya dari Universitas Monash pada tahun 1972 dan meraih gelar doktoralnya (Ph.D.) tujuh tahun kemudian dari Universitas Pennsylvania.
Selain mengelola perekonomian Indonesia secara langsung lewat berbagai jabatan strategis, Prof. Boediono juga telah menghasilkan berbagai karya dan publikasi dalam bidang ekonomi. Sebut saja misalnya publikasi berjudul “Strategi Industrialisasi: Adakah Titik Temu?” yang terbit tahun 1986 atau “Managing the Indonesian Economy: Some Lessons from the Past” yang diterbitkan tahun 2005 dalam Bulletin of Indonesia Economic Studies. Karya-karya dan kinerja nyata beliau inilah yang membuatnya sangat pantas mendapatkan penghargaan “Distinguished International Alumnus Award” dari University of Western Australia pada tahun 2007.
Pesan Pertama: Tekuni bidangmu!
“ITB ini adalah andalan kita, bangsa Indonesia, untuk menghasilkan sumber daya manusia professional yang unggul,” ungkap sosok berusia 74 tahun ini. “Begitu banyak para alumninya yang menduduki posisi penting dan memainkan peranan penting dalam kehidupan bangsa ini. Tidak tanggung-tanggung, dalam sejarah bangsa ini, kita telah dipimpin oleh 2 alumni ITB yang menjadi Presiden RI (Ir. Soekarno dan Prof. BJ. Habibie). Rekor ini paling tidak sampai saat ini belum terpecahkan oleh lembaga-lembaga lain di tanah air,” jelas Prof. Boediono.
Maka dari itu Prof. Boediono sangat mengharapkan keikutsertaan dan kiprah dari para alumni ITB kedepan di kehidupan bangsa Indonesia selanjutnya, melebihi para alumni ITB yang sudah-sudah. “Jadi, saya minta adik-adik saya ini benar-benar menekuni bidangnya sambil mengingat bahwa semuanya berada di tangan Anda-Anda semua,” pesan Pak Wapres. “Kami-kami ini sudah mulai minggir. (Lantas) siapa lagi yang akan kami harapkan kalau bukan Anda-Anda semua?” tutur Prof. Boediono sambil beretorika.
Pesan Kedua: Jangan takut bergerak diluar bidangmu!
Selain berpesan agar menekuni bidangnya masing-masing, Prof. Boediono juga meminta agar para mahasiswa ITB ikut mengulik hal-hal yang berada di luar bidang yang tengah dipelajari. “Bahwa manusia dikodratkan memiliki 2 sisi yang berbeda tetapi saling terkait erat, yakni sebagai makhluk individu dan makhluk sosial,” ujar penerima penghargaan Bintang Mahaputra Adipradana pada tahun 1999 ini. “Di negeri ini, mengejar karier setinggi mungkin adalah hak setiap individu. Tetapi jangan lupakan juga bahwa peduli dan ikut serta menjaga dan memajukan negeri ini adalah tanggung jawab dan kewajiban asasi kita semua sebagai makhluk sosial yang ditakdirkan hidup di negeri ini,” jelas beliau.
Maka membuka mata dan pikiran terhadap bidang-bidang lain dalam kehidupan bisa menjadi kunci dalam mewujudkan tanggung jawab sosial ini. “Dalam perjalanan karier Anda, temuilah sesuatu yang menyentuh hati Anda dan lakukanlah (apa yang Anda bisa lakukan). Belum tentu (keberuntungan) itu selalu ada pada bidang yang Anda geluti sejak awal. Maka bukalah hati dan pikiran Anda demi kemajuan bangsa di masa yang akan datang,” ujar beliau sembari bergerak meninggalkan gedung Sabuga yang bersejarah bagi karier politiknya di negeri ini.