Pidato Ilmiah Guru Besar ITB: Kontribusi Perkembangan Ilmu Geofisika dan Geodesi di Indonesia

Oleh David Samuel

Editor David Samuel

Bandung, itb.ac.id- Bertempat di Balai Pertemuan Ilmiah ITB, pada hari Sabtu (9/2) diadakan sidang pleno Majelis Guru Besar ITB untuk mendengarkan pidato ilmiah dua guru besar di bidang keilmuan geofisika dan geodesi, sebagai bentuk pertanggungjawaban akademik dan komitmen sebagai guru besar baru. Profesor Sri Widiyantoro menyampaikan orasi dengan judul “Geo-Tomografi: Usaha untuk Meneropong Interior Bumi dan Mitigasi Bencana Gempa”, sedangkan Profesor Hasanuddin Z. Abidin memberikan penjelasan secara umum megenai “Peranan Geodesi Satelit dalam Memahami Dinamika Bumi di Wilayah Indonesia”. Pada sesi pertama, Profesor Sri Widiyantoro terelebih dahulu diberikan kesempatan untuk dapat menyampaikan penjelasan mengenai kontribusinya di dalam bidang seismologi, khususnya dalam teknik pencitraan secara tiga-dimensi (3D) kerak dan mantel bumi berdasarkan data gempa. Pencitraan ini menjadi sangat penting dan sangat berguna mengingat di Indonesia sering terjadi gempa dengan skala besar, contohnya Gempa dengan magnitudo 9,3 skala Richter yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 yang lalu di samudera Hindia di sebelah selatan/dekat Aceh. Studi mengenai interior (bagian dalam) bumi sampai saat ini belum dapat dilakukan secara langsung, oleh karena itu digunakan teknik Computerized Tomography (CT) Scanning untuk memperoleh citra 3D bawah permukaan bumi dengan resolusi tinggi. Dengan hasil pencitraan yang akurat, diharapkan studi mengenai riset kegempaan untuk dapat memperoleh prediksi yang tepat mengenai kejadian gempa dalam kurun waktu pendek. Sidang kemudian dilanjutkan dengan sesi kedua, di mana Profesor Hasanuddin Z. Abidin menyampaikan orasi mengenai peranan geodesi satelit, khususnya pemanfaatan metode GPS untuk mempelajari karakteristik dari beberapa fenomena dinamika bumi di wilayah Indonesia. Sistem Geodesi Satelit memegang banyak peranan dalam studi mendalam terhadap dinamika bumi, di antara lain untuk menganalisis pergerakan lempeng bumi, aktivitas sesar, tsunami, deformasi gunung api, pergerakan tanah, dan penurunan tanah. Salah satu contoh nyata penggunaan geodesi satelit adalah dalam studi pergerakan tanah di kawasan lumpur Sidoarjo. Dengan adanya GPS, pemodelan pergerakan tanah baik secara spasial maupun temporal terus dilakukan untuk mengantisipasi potensi bencana di masa mendatang. Kedua profesor yang menyampaikan pidato ilmiahnya tersebut merengkuh gelar guru besar dalam usia yang relatif muda. Profesor Sri Widiyantoro menyelesaikan jenjang Post Doctoral pada tahun 1999 dari Tokyo University, Jepang, sedangkan Profesor Hasanuddin Z. Abidin menyelesaikan pendidikan S3 di University of Brunswick, Canada pada tahun 1992. Kedua guru besar tersebut memiliki reputasi dan pengalaman yang sangat membanggakan baik di tingkat nasional dan internasional. Publikasi baik dalam bentuk karya ilmiah, jurnal internasional, buku, dan berbagai penghargaan semakin mengukuhkan eksistensi dan produktivitas mereka dalam berkarya di bidang keahliannnya masing-masing.