Potensi Material Kayu sebagai Bahan Konstruksi Bangunan di Masa Depan
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Program studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung menyelenggarakan kuliah tamu untuk mata kuliah AR4055 - Kerja Praktek pada Senin (11/4/2022). Kuliah tamu ini membahas topik Potensi Material Kayu Sebagai Bahan Konstruksi Bangunan di Masa Depan. Materi pada acara ini dibawakan oleh Technical Sales Consultant Rothoblaas, Mario Kurniadi.
Sejak awal 2021, pemanfaatan kayu mengalami peningkatan yang sangat tinggi. Menurut Mario, kayu kini menjadi material konstruksi bangunan dengan pertumbuhan pemanfaatan tertinggi ketimbang material lain seperti baja dan beton. Prefabrikasi dan pemrosesan dengan otomasi menghasilkan peningkatan produktivitas dan peningkatan daya saing material kayu. Saat ini bahkan memungkinkan untuk menggunakan kolaborasi robot dalam untuk melakukan konstruksi produk kayu.
Salah satu jenis produk kayu yang juga sering menjadi material konstruksi adalah Cross Laminated Timber (CLT). Apa itu CLT? Mario menjelaskan, “CLT adalah produk hasil olahan kayu dari hutan industri yang dipotong dengan ukuran tertentu dan disusun menjadi beberapa layer yang ditumpuk tegak lurus antar layer-nya agar memiliki kekuatan dan properti mekanikal yang sudah baik untuk menjadi struktur di dinding dan lantai tanpa membutuhkan balok,” jelas Mario.
Penggabungan beberapa layer kayu ini juga telah memanfaatkan lem yang bebas formalin yaitu formaldehyde-free glue. Selain itu, kayu-kayu ini diproses pada mesin agar memiliki kekuatan antiair dan antirayap. Selain CLT, juga ada produk kayu yang lebih kuat yaitu LVL dan Hardwood yang diciptakan dari gabungan berbagai jenis kayu.
Mario menambahkan, implementasi kayu sebagai bahan material konstruksi bangunan dapat memberikan sejumlah manfaat bagi sisi struktural, energi, ekologi, dan eksekutif. Sebab, material kayu memiliki perbandingan berat dan performa yang ringan. Selain itu, material kayu juga memiliki desain yang simpel dan memiliki perilaku seismik yang baik. “Bukan hanya itu, produksi kayu pun lebih rendah ketimbang beton dan besi, serta menghasilkan lebih sedikit limbah dan juga lebih terbarukan secara ketersediaan,” jelasnya.
“Kayu-kayu sisa pembangunan yang tidak terpakai juga bisa dimanfaatkan kembali menjadi berbagai produk,” ujarnya.
Mario juga menjelaskan bahwa bangunan yang menggunakan kayu sebagai materialnya akan mengalami waktu pembangunan yang lebih cepat. “Studi kasus yang membuktikan hal ini terjadi di tanah dengan seluas 5.000 meter persegi yang berhasil dibangun sebuah bangunan dengan material kayu hanya dalam tujuh minggu,” jelas Mario.
Bukan hanya itu, material kayu juga lebih tahan gempa karena beratnya lebih ringan dan juga menghasilkan frekuensi yang lebih kecil. Penelitian ini pernah dilakukan di Jepang dengan membuat simulasi gempa 7,2 skala richter dan bangunan dengan material kayu tetap dapat berdiri kokoh.
Reporter: Yoel Enrico Meiliano (Teknik Pangan, 2020)