Potensi Pasir Kuarsa Indonesia sebagai Bahan Baku Sel Surya untuk Misi Zero Net Emission

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

Endapan pasir kuarsa di Kabupaten Gunung Mas Kalteng (Sumber: Media Indonesia)

BANDUNG, itb.ac.id—Sel surya merupakan alat yang mampu mengkonversi sinar matahari menjadi arus listrik. Dengan kondisi iklim tropis Indonesia dan ketersediaan sumber daya serta cadangan pasir kuarsa yang cukup besar sebagai bahan baku panel surya, target Indonesia untuk mencapai zero net emission pada tahun 2060, sesuai pernyataan Presiden Joko Widodo, menjadi semakin mungkin tercapai.

Tim dosen ITB yang diketuai oleh Dr. Eng. Syafrizal, yang beranggotakan Dr. mont. Andy Yahya Al Hakim dan Arie Naftali Hawu Hede, Ph.D., melalui program dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Institut Teknologi Bandung (LPPM ITB) melaksanakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dengan tema, “Karakterisasi Endapan Pasir Kuarsa dan Kemungkinan Pemanfaatannya sebagai Bahan Baku Sel Surya.”

Dalam kegiatan ini, tim dosen ITB berkolaborasi dengan Dinas ESDM Provinsi Bangka Belitung, Universitas Palangkaraya, SMAN 1 Pangkalpinang, PT Sumber Energi Sukses Makmur, PT Mitra Persada Resources, serta PT Timah Tbk.

Kegiatan pengambilan sampel dilakukan di Provinsi Bangka Belitung dan Kalimantan Tengah. Pada akhir Maret 2022, 17 sampel pasir kuarsa diambil di beberapa lokasi di Provinsi Bangka Belitung. Hal yang sama dilakukan juga di beberapa titik di Provinsi Kalimantan Tengah pada akhir Juni 2022 dengan jumlah sampel pasir kuarsa sebanyak 19 sampel.

Sample kuarsa yang telah diambil kemudian dianalisis untuk mengetahui kemurnian, komposisi, dan karakteristiknya. Metode analisis yang digunakan yaitu grain counting, scanning electron microscope (SEM), X-ray Fluorescence (XRF), dan Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry (ICP-MS).

Melalui grain counting, mineral yang terdapat pada sampel pasir kuarsa tersebut meliputi kuarsa, kasiterit, limonit, hematit, magnetit, biotit, dan feldspar. Sedangkan kandungan sampel untuk masing-masing lokasi kajian adalah sebagai berikut.

Di daerah Bangka, sampel pasir kuarsa memiliki kandungan SiO2 berkisar 69,8% - 95,6%, besi oksida antara 11.000 - 18.000 ppm, titanium oksida sebesar 130 – 420 ppm, dan aluminium oksida dengan kisaran 2.650 - 17.210 ppm. Di daerah Kalimantan Tengah, kandungan sampel pasir kuarsanya adalah SiO2 97,9% - 99,1%, besi oksida 6.000 - 8.800 ppm, titanium oksida 168 – 3.600 ppm, dan alumunium oksida 900 – 3.200 ppm.

Dari analisis kandungan tersebut, pasir kuarsa dari Bangka dan Kalimantan Tengah memiliki kadar silika oksida yang tinggi, namun masih memiliki pengotor dengan jumlah yang signifikan daripada spesifikasi maksimum pengotor dari bahan baku panel surya yang ada. Proses pengolahan dan pemurnian lebih lanjut pun diperlukan pada pasir kuarsa tersebut.

Hasil dari kajian ini telah dipaparkan pada Forum Temu Profesi Tahunan Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia di Kendari. Selain itu, hasil kegiatan ini juga disosialisasikan kepada siswa-siswi SMAN 1 Pangkalpinang melalui Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Ke depannya hasil kajian ini diharapkan agar dapat dilanjutkan untuk mengembangkan proses pengolahan dan pemurnian pasir kuarsa Indonesia sehingga dapat dimanfaatkan dalam industri panel surya.

Program pengabdian masyarakat ini telah dipublikasi di Media Indonesia rubrik Rekacipta ITB pada 27 Desember 2022. Tautan lengkap artikel bisa dilihat di laman Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Reporter: Amalia Wahyu Utami (Teknik Fisika 2020)