Orasi Ilmiah Prof. Edi Leksono: Sistem Energi Berkelanjutan sebagai Peran Penting dalam Program Transisi Energi Nasional

Oleh Yohana Aprilianna - Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021

Editor M. Naufal Hafizh

Prof. Dr. Ir. Edi Leksono, M.Eng., dari Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITB, menyampaikan orasi berjudul "Sistem Energi Berkelanjutan: Peran Penting dalam Transisi Energi Nasional".

BANDUNG, itb.ac.id - Prof. Dr. Ir. Edi Leksono, M.Eng., guru besar dari Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung (FTI ITB) menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Sistem Energi Berkelanjutan: Peran Penting dalam Program Transisi Energi Nasional”, di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Sabtu (20/7/2024).

Sistem energi berkelanjutan merupakan sistem yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan energi saat ini tanpa mengorbankan sumber daya generasi mendatang. Sistem ini mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan berhubungan dengan SDGs.

Berkaitan dengan program transisi energi nasional, dalam Perjanjian Paris, Indonesia berusaha mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan. Program tersebut diharapkan dapat meningkatkan pangsa energi terbarukan, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan meningkatkan efisiensi energi.

Terdapat lima hal yang perlu mendapat perhatian dalam sistem energi berkelanjutan yaitu penyimpan energi, efisiensi energi, IoT dan manajemen data, mikrogrid cerdas, dan energi baru terbarukan.

Indonesia memiliki banyak potensi energi terbarukan, salah satunya adalah potensi energi surya yang diperkirakan 3.200 GW. Hal ini jauh lebih besar dibandingkan dengan listrik saat ini yang hanya kurang dari 100 GW. Selain itu, terdapat potensi energi angin, hidro, panas bumi, dan biomassa.

   

Dalam penerapan energi berkelanjutan ini terdapat 10 isu yang menjadi bahan diskusi dalam penelitian ini. Beberapa di antaranya yaitu sistem manajemen kegagalan PLTS/Mikrogrid, sistem manajemen baterai untuk aplikasi mobilitas dan stasioner, penggunaan baterai bekas kendaraan listrik untuk sistem baterai penyimpan energi, dan lain-lain.

Lokasi yang digunakan dalam Living Laboratory di ITB cukup banyak seperti Smart Microgrid pada Lab Manajemen Energi, CAS ITB, Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM), Lab Manajemen Energi, dan sebagainya.

Dalam pengembangan sistem, Prof. Edi beserta tim mengacu pada model arsitektur smart grid (NIST). Arsitektur digunakan sebagai template menjadi sistem energi berkelanjutan. Salah satu inovasi yang ada di ITB yaitu Sistem Informasi Konsumsi Energi Listrik dan Air (ELisA) yaitu sistem untuk memberikan jawaban pimpinan ITB berapa unit cost yang dihabiskan Sekolah/Fakultas secara real time.

Prof, Edi pun menjelaskan beberapa tantangan dalam kegiatan sistem energi terbarukan yaitu pengembangan teknologi dan inovasi serta kesadaran dan edukasi. Adanya keterbatasan dalam pengembangan dan adopsi teknologi energi terbarukan yang efisien dan cost-effective. Selain itu, banyak yang beranggapan bahwa harga energi terbarukan masih cenderung mahal dan dibutuhkan edukasi dan pelatihan agar mengetahui lebih dalam lagi mengenai teknologi dan praktik energi berkelanjutan.

“Solusi inovatif dan berkelanjutan diperlukan untuk mewujudkan transisi energi yang sukses,” kata Prof. Edi.

Reporter: Yohana Aprilianna (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021)


scan for download