Prodi Astronomi ITB Selenggarakan Kolokium Daring tentang Fungsi Luminositas Nebula Planeter MUSE dari NGC 300

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id–Alam semesta menghasilkan begitu banyak fenomena yang menjadi pertanyaan bagi banyak orang. Berawal dari pertanyaan, berbagai fenomena ini menjadi objek yang dapat diteliti lebih lanjut dan melahirkan berbagai pengetahuan baru, tak terkecuali pada bidang Astronomi.

Program studi Astronomi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB (FMIPA ITB) menyelenggarakan kolokium daring tentang Fungsi Luminositas Nebula Planeter MUSE dari NGC 300 pada Jumat (3/6/2022). Materi pada kolokium daring ini dipaparkan oleh Azlizan A. Soemitro, S.Si., M.Sc., dari Leibniz-Institut für Astrophysik Potsdam (AIP).

Nebula adalah salah satu dari berbagai awan tipis gas dan debu yang terjadi di ruang antarbintang. Sementara, nebula planeter adalah sebuah emisi nebula yang terdiri dari cangkang gas terionisasi yang bersinar, mengembang, dan dikeluarkan selama fase masa asimtotik dari beberapa jenis bintang dalam siklus akhir kehidupan bintang tersebut.

Nebula planeter sering berisikan bintang, tetapi tidak terlihat adanya planet. Objek ini merupakan fenomena yang berumur cukup pendek, yakni beberapa puluh ribu tahun, dibandingkan dengan umur bintang yang bisa beberapa miliar tahun. Istilah Nebula planeter sebenarnya berawal dari kekeliruan yang dilakukan oleh William Herschel pada tahun 1785.

Fungsi Luminositas Nebula Planeter MUSE adalah indikator jarak yang dapat diandalkan dengan akurasi 10% dan sebanding dengan metode cepheid dan ujung cabang raksasa merah. Namun, dalam galaksi pembentuk bintang seperti NGC 300, nebula yang terionisasi seperti sisa-sisa supernova atau daerah kompak HII cenderung salah diklasifikasikan sebagai nebula planet (PNe) dan mengurangi keandalan Fungsi Luminositas Nebula Planeter MUSE.

“Metode yang dimanfaatkan untuk meneliti fungsi Luminositas Nebula Planeter MUSE adalah dengan cara mengobservasi satu galaksi dengan panjang gelombang oksigen 5007 lalu dicari planeter nebula yang tergambar dalam bentuk poin titik. Sumbu X berupa magnitudo semu dan sumbu Y berupa jumlah planeter nebula. Observasi ini juga dapat dibantu dengan power law,” papar Azlizan.

Selain meneliti fungsi Luminositas Nebula Planeter MUSE, terdapat beberapa aspek yang juga perlu diteliti seperti temperatur efektif dengan kelas eksitasi, penelitian ketebalan optis sebagai indikator sekunder, dan penelitian terhadap post AGB models yang diciptakan oleh Miller Bertolami.

Reporter: Yoel Enrico Meiliano (Teknik Pangan, 2020)