Prof. Djoko Santoso Mendapat Penganugerahan “The Order of The Rising Sun” dari Pemerintah Jepang
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Prof. Djoko Santoso mendapatkan gelar dari Pemerintah Jepang atas jasanya dalam membangun hubungan kerjasama antara Indonesia-Jepang. Penghargaan tersebut diberikan oleh Ishii Masafumi, Duta Besar Jepang untuk Republik Indonesia, di Jakarta, 11 Februari 2020 lalu.
Penghargaan tertinggi dari Pemerintah Jepang tersebut diberikan kepada Prof. Djoko karena ia dinilai telah banyak melakukan kerjasama, diantaranya pengiriman mahasiswa Indonesia untuk studi di Jepang, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Semua hubungan baik tersebut ia jalin sejak menjadi dosen di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB. Kemudian semakin diperkuat lagi tatkala Prof. Djoko menjabat sebagai Rektor ITB periode 2005-2010, dan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI pada 2010-2014.
Saat diwawancara reporter Humas ITB di kantor Majelis Wali Amanat (MWA) ITB belum lama ini, Prof. Djoko mengatakan, penghargaan tersebut merupakan bentuk apresiasi bagi dirinya yang telah diberi amanah oleh pemerintah untuk membangun kerjasama dengan Jepang. “Penghargaan ini sebagai hasil kerjasama selama ini yang saya rintis sejak saat menjadi dosen, disekolahkan di Jepang, dan pulang ke Indonesia. Perasaannya, tentu sangat berterima kasih sekali karena apa yang saya kerjakan ada yang menghargai. Jepang sendiri merasakan banyak manfaat dengan berbagai hal yang saya kerjakan,” ujar Wakil Ketua MWA-ITB itu.
Mengenai hubungan kerjasama antara Indonesia-Jepang, Prof. Djoko menjelaskan, salah satu keuntungannya adalah terjadinya transfer kemampuan atau pengetahuan para ahli dari Jepang. Sebab biasanya, ketika Jepang kerjasama dengan Indonesia, maka mereka hanya akan mengirim para ahli-ahlinya saja. Sehingga dengan begitu bakal terjalin transfer kemampuan para ahli dari Jepang dengan orang di Indonesia. “Kalau kita kerjasama dengan Jepang, dia hanya akan mengerahkan para expertist-nya saja. Sehingga orang-orang di Indonesia akan naik keahliannya,” ujarnya.
Selain itu, dampak positif lainnya adalah Indonesia bisa menjadi semakin mandiri dalam menjalin hubungan kerjasama kedepannya. Sebagai contoh adalah beasiswa pendidikan atau sekolah ke Jepang. Dulu Jepang yang membiyai para mahasiswa/pelajar dari Indonesia, namun sekarang Indonesia sudah bisa membiayai sendiri. “Jepang mengajari kita untuk mandiri. Di dalam berbagai bidang, termasuk di dalam pendidikan. Dulu saya sekolah dibiayai Jepang, sekarang banyak sekali mahasiswa yang sekolah di Jepang dibiayai oleh pemerintah Indonesia sendiri,” ujarnya.
Sementara bagi ITB, ia berharap kerjasama dengan kampus-kampus di Jepang semakin ditingkatkan lagi terutama di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Prof. Djoko menyoroti salah satunya adalah peningkatakan produktivitas kaya-karya penelitian. “Kalau bisa, kita bisa mengejar produktivitas dari orang-orang Jepang. Ini bisa terjadi. Kuncinya kita harus kerja keras dan juga jujur, itulah ciri orang Jepang,” pungkasnya.