Prof. dr. Rob F. Mudde: Kolaborasi Adalah Kunci Membangun Budaya Riset

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Bandung (ITB) menyelenggarakan diskusi ke-5 dalam rangkaian Discussion Series on Excellent Research Culture. Diskusi berlangsung melalui Zoom dan YouTube pada Rabu (10/07/2021).

Rektor ITB Prof. Reini WIrahadikusumah, Ph.D. membuka diskusi dengan memaparkan tentang budaya riset melalui proses pembelajaran. Menurutnya, membangun budaya riset perlu modal sikap, semangat, dan konsistensi demi mencetak insan peneliti yang mengedepankan budaya riset.

Diskusi kemudian diambil alih Dr. Suprijanto selaku moderator dan Prof. dr. Rob F. Mudde selaku pembicara dengan tajuk diskusi “Scientific Excellence is a Process, Not a State”. Menurut Prof. Mudde, tidak mungkin seseorang mencapai hasil riset paling sempurna, lalu memilih santai dan rebahan. Budaya riset sejatinya mementingkan proses pembelajaran pelakunya dan riset itu sendiri.

“Kesempurnaan itu bukan tujuan dari melakukan riset, tetapi menjadi makna dari tahap akhir riset. Seharusnya kita tidak hanya memercayai apa kelebihan kita, melainkan apa yang dilakukan memiliki nilai manfaat sehingga tercipta dunia yang lebih baik,” tegas Prof. Mudde.

Persoalan peringkat institusi, misalnya, perlu diperhatikan, tetapi bukan menjadi tujuan akhir. Tujuan akhir dari melakukan riset adalah menciptakan insan peneliti yang memiliki tanggung jawab sosial atas ilmunya.

Prof. Mudde melanjutkan bahwa budaya riset dicapai dengan berkolaborasi dengan berbagai akademisi dalam memecahkan persoalan di lingkungan masyarakat. Tujuannya agar riset lebih holistik dalam menyiapkan langkah-langkah dan menyelesaikan persoalan kompleks. Hal ini penting menyadari suatu masalah tidak bisa dituntaskan hanya dengan mengandalkan satu disiplin keilmuan.

“Kolaborasi adalah kunci dalam mencapai standar riset yang kita butuhkan untuk memenuhi misi besar kita,” tegas Prof. Mudde. Hal ini yang mengantarkan universitas berupaya keras membentuk para calon peneliti muda yang mampu bekerja sama secara lintas disiplin.

Prof. Mudde mengamini bahwa langkah tersebut dilakukan tidak untuk persiapan karier saja, tetapi juga untuk membantu lulusan dalam memenuhi segala permintaan dari masa depan yang serba tidak pasti. Salah satu caranya adalah dengan mengajak mahasiswa berpartisipasi dalam suatu proyek penelitian besar yang beranggotakan para mahasiswa dari berbagai program studi. Menurutnya, cara ini bisa mengasah kemampuan teknis dan berpikir analitis serta membuka pandangan mereka bahwa setiap orang memiliki peran masing-masing.

“Kendati demikian, berkolaborasi dalam tim secara akademik membawa konsekuensi pada perjalanan karier para mahasiswa ke depannya. Di sini keunggulan suatu individu tidak terlalu dilihat,” ungkap Prof. Mudde.

Meski begitu, Delft University of Technology dikabarkan telah mengembangkan sistem penghargaan untuk masing-masing mahasiswanya. Alih-alih terlalu mengandalkan jumlah publikasi ilmiah dan akreditasi, mahasiswa akan diarahkan untuk menjadi penanggung jawab langsung dari proyek yang mereka emban. Pasalnya, memaparkan tujuan besar dari proyek riset dapat mendorong mahasiswa untuk mau berpartisipasi aktif dalam proyek tersebut, bahkan dapat memotivasi para alumni untuk mau berdonasi demi keberlangsungan proyek dan kemaslahatan bersama.

Sebagai penutup, Prof. Mudde menekankan pentingnya keberagaman dalam melakukan proyek riset, juga pentingnya mengedepankan keanggotan dari berbagai kewarganegaraan. “Kesetaraan gender juga sangat penting agar seluruh mahasiswa perempuan dapat berdaya secara utuh,” tuturnya.

Reporter: Zahra Annisa Fitri (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2019)