Prof. Ronald M. Atlas: Pentingnya Keamanan Penggunaan Mikroorganisme

Oleh Mega Liani Putri

Editor Mega Liani Putri

BANDUNG, itb.ac.id - Seorang profesor dari University of Louisville, Amerika Serikat, dan juga seorang praktisi di bidang biodegradasi, Ronald M. Atlas, hadir di Auditorium Campus Center ITB sebagai dosen tamu pada Kamis (01/10/15). Kuliah tamu ini diadakan oleh Program Studi Teknik Lingkungan dan Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB. Tidak hanya mahasiswa dari program studi Teknik Lingkungan, hadir pula mahasiswa dari program studi Mikrobiologi karena topik yang dibahas adalah salah mata kuliah di sana, yaitu Biosecurity.

Sekilas tentang Prof. Ronald M. Atlas

Prof. Atlas sudah berkarir di bidang biodegradasi hidrokarbon perminyakan lebih dari 45 tahun. Bahkan, dunia sudah banyak menyebutnya sebagai "Father of Bioremediation". Beliau sudah mempublikasikan lebih dari 300 jurnal ilmiah. Beliau juga sudah banyak diundang dalam berbagai pertemuan ilmiah di tingkat internasional.

Di United States Environmental Protection Agency (US EPA) Prof. Atlas menjadi salah satu Dewan Pertimbangan di bidang bioremediasi. Selain US EPA, Prof. Atlas juga menjadi bagian dari American Academy of Microbiology Task Force on Bioremediation.

Dual Use Dilemma

Dalam kuliahnya, Prof. Atlas menjabarkan tentang adanya "Dual Use Dilemma" dalam bidang ilmu hayati. Dual Use Dilemma yang dimaksud adalah penggunaan mikroorganisme untuk keperluan sipil (pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi) dan militer (persenjataan). Judul kuliah yang Beliau sampaikan adalah "Infectious Diseases and Security: Confronting the Dual Use Dilemma".

Biosafety atau keselamatan selama menggunakan mikroorganisme di lingkungan kerja atau laboratorium sangat perlu diperhatikan, menurut Prof. Atlas. Apalagi patogen, ungkapnya, harus dicegah keluar dari lingkungan penelitian. Beberapa kasus telah terjadi di masa lalu ketika bakteri patogen yang diteliti di suatu laboratorium ternyata menyebabkan wabah di suatu daerah karena terbawa oleh angin.

Selanjutnya, Prof. Atlas menekankan perlunya ada Biosecurity atau pencegahan penyalahgunaan mikroorganisme terutama mencegah penggunaannya sebagai bioweapons (senjata biologis). Sejak tahun 1962 Amerika Serikat telah mengklaim negaranya bebas dari produksi dan penggunaan bioweapons. Pada tahun 1972 negara-negara lainnya kemudian turut menghentikan pemakaian bioweapons, termasuk Indonesia. Maka, diperlukan pengawasan agar tidak ada negara yang menyerang negara lain dengan menyebarkan wabah penyakit yang disebabkan oleh patogen. "Never spread disease intentionally," pesannya.

Untuk mencegah adanya penyalahgunaan mikroorganisme, Prof. Atlas menekankan perlunya pembatasan akses informasi mengenai penemuan ilmiah. Penelitian-penelitian yang dikembangkan seharusnya mempertimbangkan hal-hal yang patut dipublikasikan dan apa yang tidak. Selain itu, penyeleksian pihak yang berhak mengetahui informasi ilmiah juga perlu dilakukan. "Who do you trust?" Prof. Atlas mengajak semua peserta kuliah untuk memikirkan pihak-pihak yang patut dipercayai informasi ilmiah yang ditemukan selama penelitian di masa datang.

Menutup materi kuliahnya pada siang itu, Prof. Atlas menyampaikan perlunya diadakan Responsible Conduct atau pelaksanaan penelitian ilmiah yang berintegritas. Penemuan ilmiah tidak seharusnya disalahgunakan. "Prevent the life sciences from the death sciences," ungkapnya.

 

Ilustrasi: Republika.co.id