Prof. Suhono Supangkat Sampaikan Hasil Konferensi T20 dalam Forum Diskusi SCCIC-ERIA

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

BANDUNG, itb.ac.id – Perkembangan peradaban Indonesia saat ini tidak terlepas dari serangkaian peristiwa yang terjadi di masa lampau. Linimasa kejadian seolah menciptakan jalinan rantai yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Selalu ada hikmah yang bisa diambil dari berbagai sejarah yang telah terjadi.

Forum tersebut diadakan secara hybrid dari Nusa Dua, Bali, dengan mengangkat topik “Shaping Digital Innovations for A Sustainable and Stronger Recovery”. Dalam acara tersebut, Prof. Dr. Ir. Suhono Harso Supangkat., M.Eng., selaku Ketua SCCIC ITB hadir untuk membahas rekomendasi hasil konferensi T20 terkait digitalisasi dalam pembangunan dan pemulihan pascapandemi.

Mengacu pada kerangka kerja G20, digitalisasi merupakan katalis untuk seluruh aktivitas dalam konteks perubahan. Digitalisasi untuk pemulihan bersama yang lebih baik diarahkan untuk mempromosikan produktivitas, meningkatkan resiliensi dan stabilitas, serta memastikan pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan. Upaya pencapaian era baru memungkinkan iklim ekonomi serta finansial yang produktif dan seimbang dengan tetap memperhatikan pemerataan kesempatan bagi semua orang.

“Digitalisasi adalah katalis dan semangat dalam menciptakan lingkungan sebagai ‘enabler’ melalui kerja sama kolaboratif dan kepemimpinan yang lebih mantap,” ungkap Prof. Suhono.

Para peneliti dan ahli T20 memperkirakan nilai digitalisasi ekonomi mencapai 500 miliar US Dollar. Hal ini tentu saja merupakan tantangan bagi negara-negara di dunia baik negara maju maupun negara berkembang dalam menciptakan transformasi digital. Fokus utama transformasi digital yang perlu diperhatikan terkait dengan transisi infrastruktur data dari manual ke arah digital.

Menurut Prof. Suhono, digitalisasi dan smartisasi tidak hanya tentang teknologi. Namun konsep ini menyangkut pula tentang manusia, pemerintah, dan manajemen data.

Model Smarter X
Prof. Suhono mengenalkan lahirnya model Smarter X dari hasil proyeksi digitalisasi dan smartisasi. Model ini merupakan gambaran tujuan pembangunan untuk meningkatkan kualitas kehidupan melalui pendekatan multisectoral.

Dalam model Smarter X dikenal 3 elemen utama, yaitu resource layer sebagai sumber daya, enabler layer berupa manusia dan teknologi yang digunakan untuk mengolah sumber daya, serta service layer sebagai domain pembangunan. Hasil dari service layer inilah yang akan mengarahkan kehidupan manusia menjadi lebih baik melalui transformasi digital.

“Model ini (Smarter X) juga dipublikasikan dalam laporan kebijakan T20. Aktualisasi Smarter X membutuhkan agen pendukung berupa SDM yang cerdas, pemerintah yang cerdas, serta infrastruktur data dan teknologi mutakhir,” ujarnya.

Dari konsep yang telah dirumuskan, Prof. Suhono menyampaikan hasil rekomendasi dari konferensi T20 terutama terkait kondisi di negara-negara G20. Rekomendasi tersebut dirangkum dalam 6 poin transformasi digital yang terdiri dari:

1. Penyediaan jaringan koneksi yang berkualitas dan terjangkau untuk menunjang transformasi digital dan mencegah ketimpangan digital,
2. Kolaborasi dengan pemerintah dan penyedia layanan internet untuk pengadaan infrastruktur digital yang memadai dan data yang mudah diakses,
3. Pembentukan kesepakatan dalam pengadaan akses internet yang menyeluruh serta penggunaan data data dari masyarakat,
4. Transfer data personal dari pihak ketiga kepada konsumer digital menggunakan AI,
5. Penciptaan sistem database yang inklusif terhadap semua orang,
6. Mendorong negara negara G20 untuk menciptakan kerangka kerja dan model kota cerdas yang berkelanjutan dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2020)