Ragam Stand Warnai Car Free Day

Oleh prita

Editor prita

BANDUNG, itb.ac.id - Di hadapan para pengunjung, seorang pria dari Komunitas Tanggulan memukul-mukul kulit pohon hingga tipis, menunjukkan cara pembuatan Daluang; sejenis kertas dari kulit pohon saeh. Demo tersebut hanyalah satu dari sekian banyak stand-stand partisipan yang terdapat dalam acara Car Free Day (CFD) di Jalan Diponegoro, Sabtu (30/05/09) kemarin. Partisipasi berbagai elemen terutama mahasiswa serta LSM dan komunitas terlihat dari ragam stand yang bertema lingkungan.

Stand-stand yang ada terbagi menjadi kategori-kategori antara lain Zona Partisipasi, Zona Organik, dan Zona 3R Anorganik. Partisipasi mahasiswa khususnya ITB dalam kegiatan ini terlihat dari sejumlah mahasiswa yang ikut mendirikan stand ataupun menjadi relawan. Lembaga-lembaga yang turut berpartisipasi mendirikasn stand diantaranya Komunitas Tanggulan, Green Peace, Komunitas Bike to Work, dan lainnya.

Pada stand Komunitas Tanggulan dipraktikkan teknik pembuatan Daluang. Daluang yang terbuat dari kulit pohon saeh (Broussonetia papyrifera), biasa digunakan sebagai sarana penulisan naskah-naskah Sunda kuno. Cara pembuatan Daluang yaitu dengan memukul-mukul hingga tipis kulit saeh yang telah dikupas dan dijemur. Daluang kemudian digosok dengan kulit kerang agar halus.

Partisipasi dari Mahasiswa

Sementara stand-stand mahasiswa antara lain berasal dari Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan ITB, unit U-Green ITB, Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma ITB, Komunitas Ngangkot Yuk, UNPAD, dan lainnya.

Pada stand HMTL ITB yang berada di zona 3R anorganik. Di stand tersebut, pengunjung mendapatkan informasi mengenai mengapa harus melakukan 3R (Reduce, Reuse, Recycle), mengenal plastik lebih jauh tentang jenis-jenis dan bahayanya, serta games.

"Acara ini bagus dan menyenangkan. Untuk ke depannya, saya harap ada follow up dari acara ini agar kita tahu sejauh mana materi tersampaikan," demikian testimoni dari Laila, Kepala Departemen Pendidikan Lingkungan HMTL yang turut mengisi stand.

Ada pula yang unik dari stand Komunitas Ngangkot Yuk. Dengan hanya menggelar tikar,para anggota komunitas yang merupakan mahasiswa ITB mengajak para pengunjung CFD untuk singgah sejenak dan mengkampanyekan penggunaan angkutan perkotaan (angkot).

Menurut Aul dan Saska, anggota komunitas tersebut, inti masalah dari angkot yang selama ini dianggap mengganggu sebenarnya adalah kekurangan penumpang. Jika warga Bandung beralih dari kendaraan pribadi ke angkot, pendapatan para sopir akan bertambah. Pendapatan tersebut dapat digunakan untuk penambahan fasilitas angkot. Angkot pun tidak perlu berlama-lama ngetem menunggu penumpang.

Tanggapan dari pengunjung sangat positif. Para siswa SD Soka yang diwawancarai oleh tim Kantor Berita USDI ITB mengaku sangat senang dan bertambah pengetahuannya melalui acara ini.

Icha, salah seorang pengunjung dari SMPN 15 Bandung, mengatakan bahwa zona yang paling berkesan buatnya adalah zona partisipasi. Icha dan teman-temannya ikut dalam permainan menggambar harapan bagi Bandung di masa mendatang. Menurut mereka, dengan adanya acara ini, anak-anak Indonesia dapat lebih bersemangat mendalami lingkungan. Harapan mereka agar acara seperti ini dibuat lebih sering misalnya sebulan sekali dengan kemasan yang lebih menarik dan terlindung dari panas matahari yang menyengat.