Rakernas I IOM-ITB 2006, Pertemuan Orang Tua yang Peduli Mahasiswa (2)

Oleh Krisna Murti

Editor Krisna Murti

Bidang selanjutnya, Bantuan mahasiswa dan Kesehatan (Bankes) bertugas menyalurkan dana yang ada di Issumit dan memberikan bantuan kesehatan bagi mahasiswa ITB. Secara finansial, bantuan yang diberikan pada mahasiswa ITB berupa Sumbangan Biaya Perkuliahan (SBP), PRP, biaya hidup dan pondokan. Bantuan non-finansial berupa program anak asuh. Mekanisme pemberian bantuan masih melalui perpanjangan tangan LPKM-ITB. Mahasiswa yang menerima bantuan tidak dibedakan berdasarkan IP maupun SARA melainkan keterdesakan ekonominya. Bidang Pembinaan Mahasiswa dan Konseling (PMK) bertugas mendata baseline dari kebutuhan mahasiswa serta persoalan-persoalan mahasiswa. Sampai saat ini yang menjadi perhatian bidang ini ialah 1.331 orang mahasiswa pembayaran SPP dua semesternya tertunda. Jumlah ini belum mendapat bantuan dari IOM-ITB. Setelah paparan bidang, rapat komisi digelar. Rapat komisi menampung berbagai rekomendasi peserta bagi program kerja IOM-ITB selanjutnya. Dalam rapat komisi ini, para peserta yang hadir mendesak website IOM-ITB segera diterbitkan sebagai sarana informasi termudah dan tercepat. Mekanisme pemberian beasiswa baik dari ITB maupun IOM-ITB berkaitan dengan syarat dan seleksinya juga menjadi perhatian utama peserta. Selain itu, peserta juga sepakat bahwa sinergi antara pengurus IOM pusat (Bandung) dan pengurus cabang/departemen harus lebih dikuatkan kembali. Satu hal lagi yang selalu disinggung selama Rakernas ialah hubungan IOM dengan ITB yang masih belum jelas hirarkhinya. Menurut Bpk Harijoko, Ketua Seksi Bidang Organisasi sekaligus ketua pelaksana Rakernas pada hari itu, sampai sekarang masih banyak pertanyaan mengenai hal ini. Selama ini kedua badan hukum ini berjalan sendiri-sendiri walaupun ada sebuah ikatan jelas antara keduanya yaitu sama-sama membantu mahasiswa. Permasalahan ini masih akan terus digodok oleh para petinggi ITB dan pengurus IOM pusat. Ketika disinggung mengenai acara hari itu Pak Harijoko mengatakan bahwa Rakernas terselenggara sesuai AD/ART IOM-ITB. “Acara seperti ini minimal diselenggarakan satu kali, menurut AD/ART IOM,”terang beliau. Sebelumnya memang belum pernah diadakan acara yang serupa, karena kesibukan pengurus. Rakernas I bertujuan untuk sosialisasi program kerja bidang-bidang yang ada dalam IOM pada pengurus cabang sekaligus menjalin silaturahmi antar pengurus. Program IOM cabang diharapkan sesuai dengan IOM pusat tapi tidak ter’dikte’ pengurus pusat. “Kami dari IOM pusat menginginkan para pengurus cabang untuk bekerja secara mandiri,” jelasnya lagi, “Melalui acara ini, diharapkan program IOM pusat dan daerah memiliki program yang sejalan, satu bahasa yang sama.” “IOM memiliki jaringan-jaringan diagonal, seperti orang tua-mahasiswa-dosen wali, orang tua-mahasiswa-himpunan, dan sebagainya,”imbuh Pak Harijoko,”Kami ingin mendorong mahasiswa ITB menjadi anak yang tangguh, cerdas dan membantu dalam bidang finansial.” Dasar utama para pengurus IOM tak lain hanyalah jiwa sosial dan sukarela. Rakernas pada hari itu pun berlangsung dengan semangat untuk membantu mahasiswa, terutama mahasiswa yang terbelit masalah ekonomi. Semangat inilah yang menghidupkan IOM dalam menjalankan program-programnya. Mungkin semangat ini pula yang membawa para peserta datang dari jauh dan terlibat aktif dalam acara hari itu. “Semua berjalan lancar, peserta antusias dan banyak memberikan rekomendasi bagi program yang akan dijalankan bersama,” demikian kesan Pak Harijoko. Yang menarik, ketika disinggung mengenai program orientasi mahasiswa baru, Pak Harijoko mengatakan, “Para anggota IOM setuju OSPEK diadakan, tapi tetap diawasi IOM. Tujuannya kan bagus, untuk menciptakan mahasiswa tangguh dan berakhlak mulia dan mengarahkan mahasiswa pada leadership dan sebagainya. Bahkan, kami sempat mendatangkan konsultan untuk membahas bagaimana menjalankan OSPEK yang bagus. Jadi, kami setuju OSPEK tetap diadakan.” Pak Harijoko mengakui hal yang ditakuti ialah OSPEK yang melewati batas, tapi hal ini dapat dicegah dengan pengawasan dari IOM-ITB. Kalau begitu, siapa lagi yang mempermasalahkan OSPEK di ITB? (Ima)