Rancang Konsep Hunian Inovatif di IKN, Mahasiswa Arsitektur ITB Raih Best Overall Design pada Summercourse International Student Competition SAPPK 2023

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita

BANDUNG, itb.ac.id – Tim mahasiswa Magister Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) Angkatan 2022 meraih penghargaan Best Overall Design dalam “Summercourse International Student Competition: Sustainable Site and Prefabricated Apartment Design Based on Biomass Materials” yang diselenggarakan Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB.

Anggota tim yang terdiri atas Naufal Ariq Pangarsa, Farhan Anugrah R. E., Made Wijaya Palaguna, Auliya Firasyan M., dan Edward Josephta D. M. ini dinyatakan menang pada Jumat (27/10/2023) dengan karya rancang konsep hunian inovatif di Ibu Kota Nusantara (IKN).

Karya yang dihasilkan tim tersebut berjudul "Tamparalewu: The Incipience of Settled Transformation”. Karya ini mengusung konsep lokal. Kata ‘Tamparalewu’ berasal dari Bahasa Dayak ‘Tampara’ yang artinya permulaan dan ‘Lewu’ yang berarti desa.

Dengan rancang konsep hunian yang berlokasi di kawasan IKN, tantangan utama yang dihadapi tim yaitu kontur dan orientasi bangunan.

“Kami memilih untuk mempertahankan bentuk asli kontur meskipun dengan orientasi bangunan barat-timur yang menentang hierarki arsitektur,” ujar Edward saat diwawancara pada Senin (30/10/2023).

Tim ini juga menggunakan konsep rumah panggung untuk menjaga lanskap asli agar bisa dilalui fauna di sana.

   

Dalam pengembangan situs, tim ini menggunakan KIPP Architecture KPI Dimensions yang mencakup aspek sosial, ekonomi, lingkungan, transportasi, infrastruktur, dan teknologi informasi.

Pendekatan yang digunakan sangat komprehensif, mencakup penguatan identitas lokal, pembangunan distrik yang dinamis, dan fokus pada ekologi serta ekonomi sirkular.

Tim ini pun menekankan pada sumber daya dan siklus material. Penggunaan Hak Pengusahan Hutan (HPH) Kayu Lapis Indonesia yang berasal dari Sampit, Kalimantan Tengah, menunjukkan komitmen terhadap pemanfaatan bahan lokal dan berkelanjutan.

Desain ini juga berhasil mencapai nilai karbon terperangkap (Embodied Carbon) sebesar 298 kgCO2 e/m2, berada dalam kategori A berdasarkan standar Global CH Q3 2021. Simulasi menggunakan EDGE Buildings menunjukkan tingginya keberlanjutan desain.

   

Pengembangan situs yang sesuai dijelaskan melalui berbagai aspek ASD (Area Selection Development), termasuk penguatan area hijau dasar, aksesibilitas komunitas, transportasi umum, fasilitas sepeda, dan manajemen air hujan. Menariknya, 81 persen dari area dikonsep sebagai ruang infiltrasi air hujan untuk meminimalkan dampak pada topografi yang ada.

Karakteristik lainnya termasuk cross ventilation untuk sirkulasi udara, pemeliharaan kontur asli, kenyamanan visual dengan penggunaan elemen peneduh, dan kenyamanan termal melalui penggunaan kaca low-e. Selain itu, fasilitas sosial seperti railing pot untuk menanam tanaman hias, kolam retensi untuk filtrasi air alami, aquaponic pond untuk pertanian ikan, hydroponics railing untuk sistem hidroponik, dan material workshop sebagai fasilitas lokal memperkaya konsep hunian inovatif ini.

Reporter: Hafsah Restu Nurul Annafi (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2019)

Editor: M. Naufal Hafizh