Rebut Peringkat Pertama di GEOS Olympiad, Tim ITB Harumkan Almamater

Oleh Mega Liani Putri

Editor Mega Liani Putri

BANDUNG, itb.ac.id - Untuk kesekian kalinya, prestasi kembali ditorehkan oleh mahasiswa ITB di kancah nasional. Prestasi kali ini disabet di kompetisi Geo-Environment Student Challenge (GEOS) yang diselenggarakan di awal November oleh Geography Study Club (GSC) Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Acara ini merupakan lomba di bidang lingkungan yang terdiri tiga rangkaian kompetisi yakni Environmental Olympiad, Essay Competition, dan Debate Competition. Tim ITB yang diwakili oleh Dini Aprilia Norvyani (Teknik Geodesi dan Geomatika 2012) dan Jesika Taradini (Teknik Geodesi dan Geomatika 2013) berhasil membuktikan diri dengan meraih posisi pertama dalam Environmental Olympiad di GEOS 2016.

Jalan yang dilalui untuk menuju tahap nasional bukannya tidak berliku. Beragam tahap dan seleksi harus dijalani oleh tim ITB, mulai dari pengumpulan abstrak dan paper, tes tertulis, field work, hingga panel presentasi. Untuk tahap awalnya sendiri yakni pengumpulan abstrak dan paper, tim ITB mengangkat sub-tema Urban Agriculture and Food Security dalam papernya. Lebih spesifiknya, sub-tema ini dimanifestasikan dalam paper yang berjudul Pemetaan Ambang Batas Daya Dukung Pangan di Kabupaten Bandung Barat Menggunakan Sistem Grid Skala Ragam.

Sorotan tim ITB terhadap isu lingkungan terkait dengan ambang batas daya dukung pangan di Kabupaten Bandung Barat ini adalah berdasarkan fakta bahwa di antara lima kabupaten/kota di Bandung Raya, Kabupaten Bandung Barat secara statistik memiliki kondisi pangan yang notabene kurang baik jika dibandingkan dengan kabupaten/kota yang lain. Merujuk ke daya dukung lingkungan hidup yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang (UU) untuk menjadi dasar dalam perencanaan tata ruang, jasa ekosistem pangan dianggap dapat merepresentasikan kemampuan lingkungan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia. Analisis spasial pun dipilih oleh dalam kasus Bandung Barat ini dengan pemetaan yang digunakan memakai sistem grid skala ragam.

Setelah memastikan tempat di 40 besar nasional, tim ITB melaju untuk melanjutkan seleksi tahap berikutnya di Yogyakarta tanggal 5-6 November 2016. Di babak tertulis, para peserta dihadapkan pada persoalan-persoalan terkait sustainable urban development yang sangat luas cakupan materinya. Babak selanjutnya yang harus dijalani para peserta adalah field work dengan lokasi observasi di bantaran Kali Code. Hasil observasi ini kemudian direalisasikan dalam bentuk action plan.
Di babak ini, tim ITB membahas kemampuan adaptasi masyarakat terhadap bencana musiman di daerah tersebut mengingat daerah Kali Code sebenarnya tidak boleh dijadikan sebagai pemukiman karena tingkat kerentanannya yang tinggi. Di sisi lain, langkanya lahan permukiman di Yogyakarta membuat relokasi ke wilayah baru menjadi cukup sulit dan meski saat ini telah dibangun Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA), relokasi semua warga pun bukanlah hal yang mudah. Berangkat dari masalah ini kemudian tim ITB memformulasikan suatu penawaran solusi dengan kadaster multiguna.  Tahap akhir dari rangkaian seleksi GEOS adalah panel presentasi dimana seluruh peserta akan mempresentasikan paper yang dibuat di hadapan para juri.

Diakui oleh Dini dan Jesika bahwa prestasi yang mereka raih ini didapat dengan penuh perjuangan. Tantangan tersebut terutama dari latar belakang studi keduanya yang lebih berfokus di bidang geodesi dan geomatika, sedangkan mayoritas dari peserta lainnya berasal dari geografi dan planologi yang notabene memang bergelut di permasalahan seputar urbanisasi dan lingkungan. "Kita satu-satunya tim dari bidang geodesi," ujar Jesika. Meskipun demikian, bukan berarti perbedaan ini mematahkan semangat tim ITB. Justru ini menjadi kesempatan untuk membuka diri kepada ilmu-ilmu lain karena dalam realitanya di kehidupan, permasalahan yang ada sangat kompleks dan pemahaman serta integrasi dari beragam bidang keilmuan adalah hal yang sangat penting. "Ilmu yang kita punya harus dipahami agar dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat," tutup Dini dalam wawancaranya.

Reporter: Fatimah Larassaty (Teknik Perminyakan 2014)