Rektor ITB : Ipteks Sebagai Kunci Kemajuan Bangsa

Oleh Nida Nurul Huda

Editor Nida Nurul Huda

BANDUNG, itb.ac.id - Pada Peringatan Pendidikan Tinggi Teknik Indonesia ke 93, Rektor ITB, Prof. Akhmaloka berkesemptan memberikan pidatonya. Peringatan tersebut berlangsung pada Rabu (03/07/13) di Aula Barat ITB. Pada kesempatan tersebut Prof. Akhmaloka menyampaikan sejarah dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) serta pengaruhnya yang begitu besar bagi kemajuan suatu bangsa.

Pada Sabtu, 3 Juli 1920 lahirlah sebuah Pendidikan Tinggi Teknik pertama di Indonesia bernama De Techniche Hoogeschool te Bandung (TH). Sekolah tersebut didirikan untuk memenuhi kebutuhan tukang irigasi di perkebunan Belanda. TH hanya memiliki satu fakultas de Faculteit van Technische Wetenschap (Fakultas Ilmu Teknis) yang hanya mempunyai satu jurusan yaitu de afdeeling der Weg en Waterbouw (Departemen Teknik Sipil).

"Saat ini TH telah menjelma menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB). Suatu institusi pendidikan berlatar belakang ipteks yang dihormati baik di tataran nasional maupun internasional", ujar Akhmaloka.

Melihat perjalanan bangsa Indonesia yang mendekati kurun waktu 68 tahun setelah kemerdekaan dan 100 tahun pada 2045 disadari masih belum melakukan lompatan yang cukup besar. Ada sejumlah bangsa yang berhasil meningkatkan kemajuan sangat pesat kurang dari setengah abad. Sebaliknya, ada sejumlah bangsa yang cenderung statis bahkan tak ada perubahan nasib dalam kurun waktu yang lama. Menurutnya pesat atau lambatnya kemajuan suatu bangsa tergantung dari kejernihan visi bangsa tersebut serta perjuangan dan pengobanan untuk menjalankan visi. Dan untuk menwujudkan cita-cita sebuah bangsa, penguasaan ipteks sangatlah diperlukan. Akhmaloka sendiri menyebutkan bahwa ipteks adalah pilar kemerdekaan pembangunan bangsa.

Ipteks sebagai Penerobos Kemajuan, Mesin Ekonomi, dan Cahaya Pencerah

Ipteks merupakan faktor determinan bagi kemajuan bangsa. Selama ini, Akhmaloka melihat dimana terdapat sebuah bangsa yang maju dapat dipastikan ipteks bangsa tersebut juga maju. Ipteks pada suatu bangsa diibaratkan tiga perwujudan yaitu sebagai penerobos kemajuan, mesin ekonomi, dan cahaya pencerah.

Ipteks akan menjadi  kekuatan penerobos kemajuan, hanya jika ipteks berintegrasi dengan berbagai sektor-sektorlainnya. Pembangunan ipteks harus berjalan selaras dengan sektor industri, ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan. Ipteks merupakan sebuah mesin ekonomi yang penting. Makna penting tersebut bukan hanya kemajuan ipteks dalam tolok ukur ekonomi saja, melainkan dalam tolok ukur kebudayaan. Dalam perspektif ekonomi, ipteks merupakan faktor penting untuk peningkatan efisiensi produksi dan daya saing industrial. Tetapi,ipteks juga merupakan cahaya pencerah. Bangsa dengan ipteks yang maju dapat menerawang jauh ke depan, dan mewujudkan hal-hal yang sebelumnya dianggap mustahil. Itulah makna kebudayaan dari kemajuan ipteks.

Masih Bergantung pada Ipteks Impor

Akhmaloka juga menjelaskan permodelan demokrasi liberal dan ekonomi liberal yang diyakini sebagai bentuk final dari sistem politik dan sistem ekonomi bangsa-bangsa dunia ternyata memiliki beberapa kelemahan sitemik. Alih-alih final, sejarah justru menampilkan episode baru yaitu perkembangan bangsa-bangsa lain seperti Amerika Latin, Timur Tengah, dan Asia.

Salah satunya adalah Cina, Cina memiliki pemerintahan yang kuat serta memberi kesempatan yang sangat luas bagi swasta untuk mengambil peran dalam pembangunan. Cina menganut sistem ekonomi pasar. Pemerintah Cina dan swasta bekerja bahu-membahu untuk memperjuangkan kepentingan sosial Cina di tataran global. Sistem ekonomi Cina lebih merujuk pada socialist market diimbangi dengan fair competition.

Pengembangan ipteks tampaknya membutuhkan peranan negara dan pasar sekaligus. Akhmaloka melihat pengembangan ipteks di Indoesia masih bersandar pada pihak asing. Hal ini terlihat dari berbagai sektor ekonomi yang masih menggunakan ipteks impor. "Kebergantungan ipteks akan membuat Indonesia sulit menentukan masa depannya sendiri, dan secara perlahan-lahan kehilangan kedaulatannya", ujar Akhmaloka.

Kebergantungan ipteks menjadi sebuah tantangan yang harus dijawab Inodesia untuk mewujudkan kemajuan bangsa. ITB sebagai institusi yang bergerak dalam bidang teknologi diharapkan dapat menjadi pelopor ipteks yang berkontribusi dalam pembangunan bangsa.