Rektor ITB : Upayakan Difusi dan Adopsi Ipteks
Oleh Shabrina Salsabila
Editor Shabrina Salsabila
Sebelumnya mahasiswa melakukan kegiatan di laboratorium atau studio akademik, namun setelah lulus dari bangku kuliah seorang sarjana akan memasuki tahap kehidupan selanjutnya. Prof Akhmaloka menyebutnya "laboratorium atau studio sosial". Di laboratorium atau studio akademik mahasiswa melakukan studi ilmiah dengan menyingkap fakta, menguji hipotesis, atau mengembangkan rancangan.
Dari kedua tahapan tersebut terdapat dua perbedaan yang cukup besar. Perbedaan yang pertama adalah perbedaan pada konteks kedua laboratorium tersebut. Saat mahasiswa melakukan aktivitas di laboratorium akademik, keputusan yang diambil dan pengembangan keilmuan yang dilakukan tidak akan menghasilkan dampak praktis kepada pihak lain, sedangkan pada laboratorium sosial keputusan yang diambil oleh sesorang akan berpengaruh dan berdampak pada pihak lain misalnya pada turunnya daya saing perusahaan atau tingkat kesejahteraan masyarakat.
Perbedaan yang kedua terletak pada tingkat kompleksitasnya. Pada laboratorium akademik pelaku yang dihadapi adalah sesama akademisi seperti dosen, asisten laboratorium, dan mahasiswa lainnya. Sedangkan pada laboratorium sosial pelakunya lebih ragam dan polikromatik sehingga memiliki prespektif yang berbeda. Selain itu permasalahan yang timbul pun dapat berupa permasalahan multidisiplin atau antar lembaga. Sehingga untuk menemukan solusinya harus melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak dengan latar belakang yang berbeda. Maka dibutuhkan kemampuan untuk berkoordinasi dan berkomunikasi dengan pihak lain tersebut.
Difusi dan Adopsi Ipteks
"Ipteks memiliki potensi yang besar untuk membawa perubahan asalkan diikuti dengan difusi dan adopsi," ujar Prof. Akhmaloka. Dengan difusi dan adopsi, Ipteks akan menghasilkan sebuah problem solving secara praktis di berbagai bidang, seperti di perusahaan maupun lembaga pemerintahan.
Difusi dan adopsi disini bukan hanya sekedar melakukan penerapan teori dan konsep Ipteks yang dipelajari di bangku kuliah ke permasalahan di masyarakat. Namun merupakan penerapan Ipteks yang lebih kompleks. Sehingga masing-masing individu sarjana Ipteks harus dapat ikut serta dalam upaya memperkaya pembelajaran Ipteks agar difusi dan adopsi Ipteks dapat terwujud.
"Setelah upaya difusi dan adopsi Ipteks dilakukan barulah keutamaan Ipteks dapat terealisasikan secara praktis dalam kehidupan masyarakat," ujar Prof. Akhmaloka. Di akhir sambutannya, Prof. Akhmaloka juga berpesan bahwa sebagai seorang sarjana Ipteks, menjadikan Ipteks sebagai sumber kemajuan dan kesejahteraan bangsa adalah sebuah keharusan.