Rektor ITB: Peningkatan Kualitas, Akses dan Relevansi Pendidikan Tinggi Ipteks

Oleh Akbar Syahid Rabbani

Editor Akbar Syahid Rabbani

BANDUNG, itb.ac.id - Berdirinya ITB sebagai salah satu Perguruan Tinggi Teknik di Indonesia tak lepas dari perjuangan segenap bangsa Indonesia. Hasil perjuangan untuk melakukan pendirian dan pengembangan lembaga-lembaga Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia adalah lahirnya Persatuan Insinyur Indonesia (PII), transformasi Sekolah Tinggi Tekni (Technische Hogeschool) menjadi ITB dan kemudian berdirinya ITB sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi teknik, industri strategi dan pusat penelitian. Para tokoh pendidikan teknik di Tanah Air meyakini bahwa pendidikan tinggi teknik, penelitian/pengembangan ipteks (ilmu pengetahuan, teknologi dan seni) serta pengembangan industri merupakan tiga serangkai yang tak terpisahkan.

Berdasarakan hal tersebut, Rektor ITB, Prof. Ahmaloka, Dipl. Biotech., Ph.D. memberikan pendapatnya mengenai pendidikan tinggi ipteks melalui orasi ilmiah dalam rangkaian acara Sidang Terbuka ITB yang diselenggarakan untuk memperingati Hari Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia ke-94.

Peningkatan Kualitas dan Akses Perguruan Tinggi Ipteks

Luaran dari sebuah perguruan tinggi ipteks adalah para sarjana ipteks baik pada strata Sarjana, Magister maupun Doktor dan implementasi ipteks baik dalam bentuk teori, model, karya seni, rancangan, prototipe, paten dan lain sebagainya. Para sarjana ipteks adalah segenap anak bangsa yang telah siap untuk mengambil peranan sebagai pelaku pembangunan. Begitu pula, berbagai bentuk ipteks yang dikembangkan dalam perguruan tinggi ipteks juga merupakan sumber daya pembangunan. Dengan makin tingginya kualitas perguruan tinggi ipteks, makin tinggi pula kualitas sumber daya pembangunan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi ipteks tersebut. Peningkatan kualitas perguruan tinggi membutuhkan tiga hal yaitu alokasi anggaran yang memadai dan tepat sasaran, staf akademik/non-akademik dengan kualitas yang terus ditingkatkan, dan kapasitas institusional yang terus dikembangkan.

Akses ke perguruan tinggi ipteks sendiri akan mencakup dua hal, yaitu akses ke sumber-sumber pembelajaran di perguruan tinggi dan akses ke berbagai bentuk ipteks sebagai hasil penelitian dan pengembangan di perguruan tinggi. Akses ke sumber-sumber pembelajaran dibutuhkan oleh para lulusan pendidikan di tingkat menengah atas, dan para sarjana yang ingin menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Penghambat akses itu adalah biaya dan kesenjangan latar belakang pendidikan. Mengenai kendala biaya, pemerintah telah merumuskan skema-skema untuk mengatasi kendala tersebut.

Peningkatan Relevansi Perguruan Tinggi

Memiliki relevansi berarti memiliki hubungan atau konektivitas. Meningkatkan relevansi berarti mengembangkan dan memperkuat konektivitas secara sistematik. Relevansi ini perlu ditingkatkan pertama-tama di ranah penelitian dan pengembangan ipteks. Kemudian, dengan memasukkan hasil-hasil ipteks tersebut ke dalam pengajaran ipteks, maka akan dihasilkan lulusan dengan kompetensi yang relevan juga. Relevansi ipteks dan perguruan tinggi memiliki konsep yang sederhana, yakni melalui interaksi yang lebih erat antara peneliti/akademisi, pelaku bisnis, pelaku pemerintahan dan pihak-pihak lainnya. Di literatur akademik kita telah mengenal sejumlah gagasan seperti triple helix, university-industry linkage (UIL), sistem inovasi ataupun perguruan tinggi entrepreneurial. Semua gagasan ini, dalam satu dan lain cara, mencoba menjawab permasalahan relevansi hasil-hasil ipteks perguruan tinggi. Pemerintah Indonesia, baik melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Riset dan Teknologi, maupun Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), telah menggulirkan kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan relevansi hasil-hasil ipteks perguruan tinggi. Tetapi dalam hal ini, kesulitan-kesulitan umumnya terjadi di lapangan, di tahap implementasi, seperti yang dijelaskan berikut ini.

Peranan Strategis Perguruan Tinggi
Dalam sejarah perguruan-perguruan tinggi, kita mengenal adanya tiga jenis perguruan tinggi: perguruan tinggi pengajaran (teaching university), pergurun tinggi riset (research university), dan perguruan tinggi entrepreneurial.  Perguruan tinggi riset bukanlah bentuk yang lebih maju dari perguruan tinggi pengajaran, dan perguruan tinggi entrepreneurial bukanlah bentuk yang lebih maju dari perguruan tinggi riset. Di banyak negara saat ini, kita dapat menemukan perguruan-perguruan tinggi pengajaran, riset dan entrepreneurial yang bekerja secara berdampingan (co-existing).

Meskipun pendidikan tinggi teknik di Indonesia telah berusia 94 tahun, masih banyak pekerjaan rumah yang kita perlu kerjakan bersama untuk menghadapi tantangan-tantangan ke depan. Tahun depan ASEAN Economic Community mulai efektif bekerja. Kita perlu melihat hal itu sebagai peluang, sekaligus tantangan. Di tataran global, sentra-sentra kegiatan ekonomi dunia tengah bergeser ke kawasan Asia. Indonesia, dengan kondisi sumber daya alam, demografi, dan geo-oseonografinya, menjadi semakin penting di mata dunia. Ini semua perlu kita lihat sebagai peluang untuk mempercepat kemajuan bangsa Indonesia, baik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, percepatan kemajuan ipteks maupun pemerataan kesejahteraan. "Kemajuan ipteks tersebut penting bukan saja untuk mendorong daya saing, tetapi juga bagi kemajuan kebudayaan dan peradaban bangsa Indonesia." kata Ahmaloka mengakhiri orasi ilmiahnya.

 

Sumber foto: Dari berbagai sumber