Rektor ITB Kemukakan Pentingnya Produktivitas di Peringatan 98 tahun PTTI

Oleh Fivien Nur Savitri, ST, MT

Editor Fivien Nur Savitri, ST, MT

BANDUNG, itb.ac.id -- Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA,
mengajak seluruh penyelenggara pendidikan tinggi teknik untuk mengembangkan pendidikan
tinggi teknik agar menghasilkan sarjana, magister dan doktor yang mampu mengaitkan
kemanusiaan dengan teknologi. Sehingga teknologi yang dihasilkan akan menyebabkan manusia dapat bekerja dan beraktivitas lainnya secara nyaman dan produktif.
Hal itu disampaikan Prof. Kadarsah saat memberikan sambutan dalam Sidang Terbuka Peringatan 98 Tahun Pendidikan Tinggi di Indonesia (PTTI) yang digelar ITB di Aula Barat Kampus ITB Jl. Ganesa No. 10, Bandung, Rabu (4/6/2018).

"Dengan perkata lain, para sarjana, magister dan doktor bidang teknik yang kita hasilkan mampu
merancang produk dan jasa dengan memperhatikan dua sisi sekaligus, yaitu sisi manusia dan sisi engineering," kata Prof. Kadarsah dalam narasi singkatnya mengenai pentingnya produktifitas.

Prof. Kadarsah mengatakan, pada gilirannya, para lulusan dari perguruan tinggi teknik di Indonesia akan mampu membuat
keputusan atas masalah yang kompleks dengan berbasis pada pertimbangan (judgment) yang
bersifat analitik, obyektif, bertanggungjawab, profesional dan dapat dipercaya, serta memiliki
kemampuan untuk menjalankan lifelong learning.

Untuk mencapai hal tersebut, ia melanjutkan, maka pendidikan tinggi teknik di Indonesia perlu dijalankan dengan berbasis pada outcome-based education (OBE). Dengan OBE ini ada tiga langkah yang perlu dilakukan dengan sangat baik, yaitu pertama, penetapan outcome atau kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta 
didik pada saat peserta didik tersebut menyelesaikan masa belajar.

Lalu kedua, penentuan struktur kurikulum yang diturunkan dari kompetensi tersebut dan sekaligus penentuan proses pembelajarannya, dan yang ketiga, penetapan strategi assessment
terhadap hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. 

Dalam ketiga langkah tersebut, proses perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) berbasis 
PDCA (plan, do, check, action) harus dijalankan, yaitu plan (berbasis outcome, kurikulum dan proses pembelajaran yang telah ditetapkan), do (merupakan aktivitas implementasi kurikulum dan proses pembelajaran tersebut), check
(implementasi proses assessment) dan action (penentuan langkah perbaikan proses pembelajaran bila hasil assessment menunjukkan outcome tidak tercapai, atau peningkatan kualitas outcome bila outcome awal telah tercapai).

"Suatu tantangan yang dihadapi perguruan tinggi kedepan adalah bagaimana membangun, menyelenggarakan, dan mengendalikan pendidikan berbasis outcome agar bisa 
berjalan secara efektif; dan dengan adanya keterbatasan sumber yang dimiliki, maka OBE ini pun harus bisa dijalankan secara efisien," katanya.

Mengenai teknologi, katanya, meskipun kita menyadari adanya dampak negatif teknologi, tetapi, di sisi lain, teknologi telah membuat kehidupan manusia menjadi lebih mudah, terutama dikaitkan dengan tekanan populasi yang semakin keras, ekspektasi manusia terhadap kehidupan lebih baik yang semakin besar, dan ketersediaan sumberdaya alam yang semakin terbatas.

"Dengan perjalanan revolusi industri ini, teknologi telah mengajarkan kepada kita bahwa segala permasalahan yang dihadapi dapat dicarikan solusinya; dan memang teknologi seharusnya berada pada posisi terbaiknya untuk menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan manusia dengan harga terjangkau, yang pada akhirnya berujung pada kesejahteraan manusia," katanya.

Selain itu, Prof. Kadarsah mengatakan sejarah singkat ITB yang dulunya bernama Technische Hogeschool (TH) pada Tahun 1920 yang merupakan Pendidikan Tinggi Teknik pertama di Indonesia yang kemudian bertranformasi menjadi Institut Teknologi Bandung di Tahun 1959. "Alhamdulillah sejak tahun 2013, setelah keluar PP 65, ITB menjadi PTNBH (perguruan tinggi negeri berbadan hukum) sampai sekarang," katanya.

Dia menjelaskan, perkembangan ITB saat ini, semua program studi telah terakreditasi A di tingkat nasional. Di tingkat internasional, ada 33 program studi yang telah akreditasi oleh Amerika, Jepang dan Eropa. "ITB pun kini sudah tembus publikasi ilmiah, jika pada 2014 hanya 1000 sekarang sudah di atas 2000 publikasi ilmiah. Di bidang lain, kita ada 70 start up company dan berjalan secara mandiri," tuturnya.

Pada peringatan 98 PTTI kali ini, ITB juga menggelar Pameran Karya Penelitian, Inovasi dan Pengabdian kepada Masyarakat di Aula Timur ITB selama dua hari yaitu Rabu-Kamis, 4-5 Juli 2018. Selain itu, juga akan ditampilkan profil penelitian dari 12 Fakultas/Sekolah di ITB yang disertakan dalam
sebuah buku yang dibagikan kepada peserta Sidang Terbuka Peringatan 98 Tahun PTTI di ITB. Hasil penelitian sebanyak 22 judul itu merupakan sebagian dari penelitian yang dilakukan di ITB, adapun sebagian hasil penelitian yang lain akan ditampilkan dalam pameran.

Reporter : Adi Permana