Rektor ITB Soroti Masa Depan Pendidikan Tinggi dalam Peringatan 105 Tahun PTTI
Oleh Yohana Aprilianna - Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021
Editor Anggun Nindita
BANDUNG, itb.ac.id - Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar Sidang Terbuka Peringatan 105 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia (PTTI) di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Kamis (3/7/2025).
Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T., memberikan sambutan dengan topik mengenai masa depan pendidikan tinggi.
Beliau mengawali sambutannya dengan mengenang tonggak sejarah berdirinya Technische Hoogeschool te Bandoeng pada tahun 1920, yang menjadi akar dari kelahiran ITB dan pendidikan tinggi teknik di Indonesia. Prof. Tata menyebutkan bahwa perjalanan selama lebih dari satu abad ini telah menghasilkan tokoh-tokoh bangsa yang berkontribusi besar dalam kemajuan Indonesia, seperti Ir. Soekarno, Ir. Djoeanda, Prof. Roosseno, hingga Prof. B.J. Habibie.
“ITB hari ini bukan sekadar monumen sejarah tetapi ia merupakan salah satu penggagas dan pelaku sejarah panjang itu sendiri,” ungkap Prof. Tata.
Lebih lanjut, beliau menyoroti dinamika global yang bergerak sangat cepat, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dalam hitungan hari, bahkan jam. Dalam konteks ini, peran perguruan tinggi harus berubah dari sekadar penyedia pengetahuan menjadi kurator kebenaran dan simpul jejaring inovasi global.
Rektor ITB juga mengajak para sivitas akademika membayangkan rupa perguruan tinggi pada abad ke-22. Meskipun tidak dapat dipastikan bentuknya, beliau yakin bahwa Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu memajukan dan memproduksi pengetahuan, merawat kecakapan berpikir kreatif dan kritis pada generasi penerus, serta memberi sumbangsih bermakna bagi masyarakat lokal dan keberlanjutan planet bumi.
Beliau menjelaskan bahwa perguruan tinggi masa depan akan menjadi jejaring kolaboratif global. Dalam bayangannya, dosen dan mahasiswa akan bekerja sama di seluruh dunia secara real-time, dibantu oleh kecerdasan buatan untuk menyelesaikan persoalan besar umat manusia, seperti krisis iklim dan kerusakan ekosistem.
“Dengan bantuan teknologi, manusia dan mesin akan berkolaborasi. Tapi pertanyaannya, apakah manusia tetap akan mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan, etika, dan kebijaksanaan?” ucapnya.
Prof. Tata pun menekankan bahwa cara belajar akan berubah total, namun semangat belajar harus tetap terjaga. Mahasiswa masa depan dituntut untuk terus belajar sepanjang hayat karena pengetahuan akan cepat kadaluarsa. Menurutnya, lulusan tidak lagi sekadar siap kerja, tetapi harus siap belajar, beradaptasi, dan menciptakan pengetahuan baru.
“Perguruan tinggi di abad ke-22 akan menjadi lokus nyata dan maya, tempat bersuanya banyak learner-citizen atau warga berhasrat belajar dari berbagai penjuru dunia, yang saling terhubung untuk menciptakan solusi lintas disiplin, lintas budaya, dan lintas batas negara," jelasnya.
Sebagai penutup, Prof. Tata menyampaikan rencana ITB untuk membangun Museum ITB. Museum ini diharapkan dapat merekam perjalanan panjang ITB dalam membangun bangsa, sekaligus menjadi sumber inspirasi bagi putra-putri bangsa untuk terus berprestasi.
Reporter: Yohana Aprilianna (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021)








