Istilah Nalaswara diadaptasi dari bahasa Sansekerta yang artinya ‘api menyala’ dengan maksud menyalakan api harapan setiap insan. Konsep festival dikemas sedemikian rupa dengan menceritakan suatu kota legenda yang ditemukan kembali setelah hilang ditelan waktu. Kota tersebut dibagi menjadi 3 zona dengan suasana khas, yaitu Lost Village, Underwater Town, dan City of Light. Dengan menyajikan wahana yang berbeda-beda seperti Hotel Sola, Kulino, dan Suara Santai, masing-masing zona secara berturut-turut merepresentasikan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Kreativitas mahasiswa SBM tak berhenti sampai disitu, pengunjung juga disuguhkan berbagai macam pagelaran seperti teater, ludruk, tari, dan band yang tersebar di berbagai tempat dan ditutup dengan penampilan di main stage.

Festival Nalaswara merupakan proyek mandiri sebagai bentuk praktik mata kuliah Management Practice and Leadership, yang dibimbing oleh Budi Permadi Iskandar M.Sip. “Dari konsep acara, panitia, hingga performance semua dikerjakan bersama-sama oleh 360 orang SBM angkatan kami, dibantu bimbingan dari dosen dan tutor. Jadi, acara ini memang gabungan ide dari banyak otak. Rasanya jadi panitia campur aduk sih. Seneng, marah, sedih, tapi juga bangga. Kami jadi belajar kehidupan, gimana caranya ngadepin orang, bekerjasama dalam tim, membangun jaringan dengan pihak eksternal, banyak deh pokoknya,” tutur Lita (Sekolah Bisnis dan Manajemen 2016) selaku panitia bidang Public Relations Nalaswara.

Sumber gambar: dokumentasi pribadi
Reporter: Hanafi Kusumayudha (Fakultas Teknologi Industri 2016)
ITB Journalist Apprentice 2017