Rektor Sampaikan Perjalanan Inovasi di ITB dalam Acara "Temasek Foundation-National University of Singapore"
Oleh Adi Permana
Editor Vera Citra Utami
BANDUNG, itb.ac.id--Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D., hari ini menghadiri acara Temasek Foundation-National University of Singapore dalam acara Programme for Leadership in University Management, Rabu (9/11/2022). Prof. Reini menjadi salah satu panelis untuk sesi "The journey of ASEAN academic institutions in fostering innovation and entrepreneurship".
Pertemuan KTT ke-10 tahun Temasek Foundation-National University of Singapore, mengeksplorasi tiga tema penting yang dikupas oleh para pembicara dalam sesi diskusi, yakni (1) inovasi dan kewirausahaan, (2) agenda keberlanjutan ASEAN untuk universtias dan kota, dan (3) bagaimana kerja sama regional universitas telah mengubah pendidikan tinggi Asia Tenggara dalam dekade terakhir, dan jalan ke depan untuk kerja sama regional pada dekade berikutnya.
Dalam KTT ke-10 tahun Temasek Foundation-National University of Singapore, Rektor menceritakan perjalanan ITB dalam membangun inovasi.
Mengawali pemaparan, Rektor menyampaikan konteks reformasi pendidikan yang terjadi di Indonesia. Pada pertengahan tahun 1990-an di mana krisis moneter terjadi, memicu reformasi kebijakan nasional, termasuk reformasi di sektor riset dan teknologi, dan sektor pendidikan.
"Di sektor pendidikan tinggi, kebijakan otonomi perguruan tinggi diperkenalkan pada tahun 1999, dan mengalami perubahan. ITB termasuk yang pertama merintis otonomi perguruan tinggi yang sekarang disebut PTNBH, perguruan tinggi negeri berbadan hukum milik negara," ujarnya.
Selanjutnya, inisiatif inovasi dan kewirausahaan telah dilakukan ITB sejak awal tahun 1970-an, tetapi masih kurang dukungan dari sisi kelembagaan. Untuk itu, setelah menjadi PTNBH, pada periode 2001-2005, ITB mulai melakukan penataan organisasi dan rencana pengembangan kelembagaan dimulai pada 2006 (masterplan 2006-2030). "Penelitian dan pengajaran interdisipliner, inovasi dan kewirausahaan telah menjadi kunci yang menjadi perhatian ITB," ujar Rektor.
Namun ada sejumlah tantangan yang dihadapi dalam keberjalanan inovasi di ITB. Rektor mengemukakan, apa yang telah ITB lakukan adalah semacam tambal sulam, bekerja sepotong demi sepotong, menyatukan sesuatu, menambahkan hal-hal baru, mengintegrasikan, dan seterusnya. "Kami mencoba berbagai hal, kami berusaha belajar dari masukan-masukan yang kami terima," ujarnya.
Rektor membagikan masterplan ITB 2006-2030. Secara objektif, ITB diharapkan memiliki peran sebagai penggerak inovasi dan inkubator komersialisasi teknologi di sektor industri utama nasional. Strategi mewujudkannya adalah dengan membangun ekosistem inovasi melalui konektivitas dan koordinasi antara pusat, pusat penelitian, dan pusat unggulan IPTEK di ITB.
Menurutnya, bahkan dalam skala nasional, model inovasi yang sesuai masih terus diupayakan. Model otonomi pendidikan tinggi juga sedang dibahas di tingkat pemangku kepentingan untuk mengatasi: peningkatan produktivitas ilmiah, relevansi ekonomi dari hasil penelitian di universitas, dan soal lulusan di dunia kerja. Untuk itu secara kelembagaan ITB mendirikan Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) sebagai perantara inovasi (innovation hub).
Dari keberadaan LPIK, salah satu program yang diluncurkan adalah Innovation Entrepreneurship System (IES). Itu adalah platfrom co-creation antara pemangku kepentingan yang dapat digunakan sebagai taman inovasi virtual. Jadi, setiap pemangku kepentingan dapat menciptakan nilai dnegan dukungan fasilitas sumber daya yang sesuai.
Dari upaya inovasi yang dihasilkan oleh ITB, beberapa di antaranya telah sukses dikomersialisasikan. Misalnya dalam kategori joint venture: Katalis Merah Putih untuk produksi Biofuel, kerja sama antara ITB-PT Pupuk Kujang-Pertamina; lalu ada alat NIVA (Non-Invasive Vascular Analyser hasil kerja sama ITB-PT SNCP, dan startup Isolated Ground Shield Wire Medium Volatege-Distribution Tower hasil kerja sama ITB-PT Rekacipta Inovasi-TDE.
Inovasi lain yang disampaikan oleh Rektor dalam forum tersebut adalah Vent-I: Ventilator Portabel Indonesia. Ini adalah alat yang berhasil dipatenkan, telah lolos pengujian, dan telah dipakai untuk rumah sakit-rumah sakit. Inovasi lainnya adalah Khaira Energy: Smart Battery System.
Terakhir, Rektor menyampaikan kesimpulan, bahwa (1) Indonesia membutuhkan keduanya, yaitu relevansi penelitian yang lebih kuat melalui inovasi & kewirausahaan, dan rasa ingin tahu ilmiah yang lebih luas sehingga menciptakan science-preneurship, techno-preneurship. Dalam hal ini, ITB telah bekerja untuk mempromosikan budaya ilmiah, di samping kewirausahaan. (2) Ada kendala eksternal yang terkait dengan kondisi nasional yang ada (sistem/lembaga inovasi). Dalam hal ini, Sandboxing dan pendekatan kolaboratif telah diadopsi. (3) Taman Inovasi ITB adalah peluang besar bagi kami, tetapi juga besar tantangan. Kelincahan dan kapasitas kelembagaan adalah persyaratan utama. (4) Kepada rekan-rekan ASEAN, bahwa kami perlu berperan lebih banyak dalam mendorong sistem inovasi regional untuk kepentingan bersama untuk kemakmuran & keberlanjutan.