Rencana Perkuliahan Tatap Muka, ITB Pastikan Sudah Berdasarkan Pertimbangan Matang

Oleh Adi Permana

Editor Vera Citra Utami


BANDUNG, itb.ac.id—Pada kegiatan Temu Awal Semester I Tahun Akademik 2021/2022, Prof. Dr. Ir. Jaka Sembiring, M.Eng., selaku Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan (WRAM) ITB memberikan pernyataan mengenai kemungkinan dilaksanakannya perkuliahan tatap muka atau hibrida di masa PPKM.

“Persiapan kampus dibuka itu sudah dilakukan sejak tahun lalu, mulai dari pembukaan kuliah hibrida di Jatinangor,” ujarnya Kamis (2/9/2021) di Observatorium Bosscha. Namun sayangnya, menurut Prof. Jaka, setelah 10 hari pelaksanaan percobaan kuliah hibrida itu dilaksanakan, kebijakan PPKM diterapkan sehingga kegiatan tersebut diberhentikan.

Ia menambahkan bahwa sudah ada informasi dari Dikti untuk dapat segera kelas tatap muka dilaksanakan, tetapi tentu dengan mempertimbangkan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah setempat. “Kami membuka kampus itu tidak dengan gegabah, apalagi melibatkan ribuan mahasiswa dan dosen. Hal ini dilakukan secara rinci dan bertahap,” jelasnya. Sementara untuk tugas akhir, disertasi, dan tesis sudah mendapatkan izin untuk melaksanakan di dalam kampus.

Untuk kemungkinan pembukaan kampus secara hibrida, karena tidak mungkin luring secara total, maka pendataan sudah mulai dilakukan oleh ITB mengenai mata kuliah ataupun kegiatan yang perlu menjadi prioritas. Contoh kegiatan yang perlu diperhatikan adalah yang bersifat experience learning seperti praktikum, studio, dan kuliah lapangan.

“Kami sarankan satu mata kuliah untuk setiap angkatan dan untuk setiap prodi. Itu yang kami sarankan, minimal.” Sementara ini menurut Prof. Jaka, untuk suasana optimis, setelah pelaksanaan Ujian Tengah Semester (UTS) jika keadaan membaik maka akan mulai dilakukan penyesuaian-penyesuaian kegiatan akademik. Ditegaskan bahwa kapasitas yang dipatok tidak akan lebih dari 30%.

Dia menjelaskan, ITB telah melakukan survei. Dari total sekitar 25.000 student body di ITB, data menunjukkan bahwa lebih dari 70 persen sudah melaksanakan vaksinasi baik itu dosis pertama maupun dosis kedua. Data ini kemudian dijadikan acuan serta bahan pertimbangan untuk pembukaan kegiatan akademik tatap muka di kampus, bersamaan dengan persetujuan dari orangtua/wali.

“Untuk mahasiswa TPB 2021, kami rencanakan dalam bentuk campus tour—bukan dalam bentuk jalan-jalan kampus, namun satu hingga dua mata kuliah praktikum yang bisa dilaksanakan di dalam kampus,” ujarnya. Kondisi ini tentu dinamis, bergantung pada situasi dan kondisi yang terjadi sehingga seluruh sivitas akademika yang ada di kampus diharapkan untuk tetap memahami hal tersebut.

Evaluasi Sesi Praktikum

Pertanyaan lanjutan yang disampaikan kepada Prof. Jaka adalah mengenai evaluasi sesi praktikum yang tidak dapat dilaksanakan langsung di laboratorium, serta metode terbaik sesi praktikum secara daring. Pertanyaan ini kemudian dijawab bahwa telah diberikan panduan-panduan oleh WRAM, namun pelaksanaannya diserahkan kepada dosen mata kuliah yang bersangkutan.

Untuk jangka panjang, Prof. Jaka Sembiring mengimbau agar memperbarui mindset bahwa di masa depan, antara virtual dengan riil tidak akan bisa dibedakan. “Jadi, praktikum yang berbasis experience learning pada masa depan nantinya harus ditunjang dengan pembelajaran yang sifatnya virtual learning.”

Sehingga, sedikit demi sedikit ITB mendorong seluruh program studi untuk dapat mulai menciptakan modul-modul yang sifatnya virtual learning karena hal itulah yang nantinya akan menjadi norma baru di dunia akademik.

Reporter: Athira Syifa PS (Teknologi Pascapanen, 2019)