RYSALEPAVIZ, Sistem Pencegah Penyebaran Virus Flu Burung

Oleh David Samuel

Editor David Samuel

BANDUNG, itb.ac.id- Sudah hampir satu tahun lamanya, terdapat sebuah ruang riset di lantai tiga Labtek V ITB. Banyak orang bertanya-tanya mengenai keberadaan ruang riset virus avian influenza ini, dikarenakan keheranan letaknya. Sepertinya, riset virus avian influenza sangat kental dengan hal biologis dan alami, namun diletakkan di gedung Labtek V yang notabene adalah gedung yang banyak dipakai untuk kegiatan teknik Informatika. 18 Maret tahun lalu (2007-red), sebuah tim riset yang dibentuk dan dipimpin oleh Ria Moedomo berhasil menjadi pemenang “Qualcomm Wireless Reach BREW (Binary Runtime Environtment Wireless) Application Funding”, dan berhak memperoleh pendanaan 100.000 USD untuk dapat mengembangkan sistem yang dirancangnya. Aplikasi ini memang bukan ditujukan untuk memerangi virus Avian Influenza secara frontal, namun merupakan sebuah sistem informasi yang terintegrasi dengan baik, sehingga dapat mencegah penyebaran virus yang membahayakan tersebut untuk menyebar lebih luas. Ditemui di ruang risetnya, Ria menjelaskan bahwa latar belakang diciptakannya ide untuk membuat sistem RYSALEPAVIZ adalah perhatiannya terhadap penyebaran virus flu burung di Indonesia. “Penyebaran virus ini terutama disebabkan karena proses jual-beli unggas, terutama ayam buras”, kata Ria. Hal ini bukannya tanpa alasan, setelah melakukan penelitian di wilayah Bandung dan sekitarnya, didapat kenyataan bahwa penyebaran virus ini terutama dikarenakan letak peternakan ayam buras yang memang lebih sporadis, dan masih terletak di daerah pedalaman. Para peternak ayam buras ini umumnya masih merupakan pengusaha skala menengah ke bawah dan minim pengetahuan, sehingga sulit untuk dikontrol. Sedangkan untuk peternakan ayam broiler, cenderung memiliki modal dan pengetahuan yang cukup. Biasanya setelah diternakkan, ayam buras yang akan dijual akan dikumpulkan terlebih dahulu di pedagang pengumpul, baru selanjutnya dijual di pasar-pasar tradisional. Untuk penelitian ini, Ria mendapati bahwa suplai ayam buras di daerah Bandung didapat dari Banjaran, Garut, dan Soreang. “Aplikasi ini akan digunakan oleh seluruh mata rantai yang terkait dalam proses jual-beli ayam buras, mereka akan dibekali dengan sebuah handphone untuk memasukkan informasi mengenai lokasi, jumlah, maupun identitas, dan kesemua informasi tersebut akan dikirimkan ke sebuah server,” jelas Ria. Dengan cara tersebut, maka jika terjadi kasus flu burung di suatu daerah dalam radius tertentu, informasi-informasi mengenai pasar yang terletak dalam radius, dan proses transaksi yang terjadi dapat dilacak balik, sehingga dapat mengetahui lebih cepat rantai penyebarannya, dan dapat dilakukan tindakan yang perlu secepatnya. Ada tiga modul yang rencananya akan diakomodasi oleh aplikasi ini. Pertama adalah supply chain, yaitu modul yang menangani mata rantai penjualan ayam buras. Kedua adalah modul Surveillance, modul ini dapat digunakan oleh petugas untuk menelusuri proses jual-beli ayam buras bila terjadi kasus flu burung. Sedangkan modul ketiga adalah modul lalu-lintas dan distribusi. Sampai saat ini modul yang baru terealisasi baru modul supply chain. Diharapkan, dalam waktu dekat, modul kedua dan ketiga dapat terealisasi juga. Sampai saat ini, riset telah diadakan dan mulai diimplementasikan di Pasar Astanaanyar, bekerjasama dengan Dinas Peternakan Jawa Barat dan Kota Bandung. Ria memiliki harapan bahwa aplikasi RYSALEPAVIZ ini dapat digunakan secara kontinu dan berkepanjangan, sehingga riset yang dilakukan beliau bersama timnya tidak menjadi sia-sia. Untuk dapat mewujudkannya, perlu dukungan dari semua pihak, baik itu dukungan moral, maupun para investor yang bersedia untuk bekerjasama mengembangkan proyek ini. Ria Moedomo sendiri adalah seorang mahasiswa S3 Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB. Menurut Ria, menjadi seorang peneliti dimulai dari hal kecil terlebih dahulu. Mulailah melihat keadaan sekitar, tidak perlu berpikiran bahwa penelitian harus berupa sesuatu yang sangat canggih. Mungkin saja permasalahan di sekitar kita menuntut kita untuk dapat menemukan solusinya. Dari situ, baru dilakukan penelitian lebih lanjut, dan mencari tahu mengenai solusi yang mungkin didapatkan.