Sambutan Rektor ITB : Pentingnya Mengembangkan Karakter Moral pada Insan Ipteks

Oleh Medhira Handinidevi

Editor Medhira Handinidevi

BANDUNG, itb.ac.id - Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, Sidang Terbuka Penerimaan Mahasiswa Baru ITB Tahun Akademik 2013/2014 selalu diawali dengan pidato Rektor. Senin (19/08/13) bertempat di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), sambutan rektor ini berjudul "Insan Ipteks yang Berguna untuk Pembangunan Bangsa". Pada pidatonya, Rektor ITB, Prof. Akhmaloka,PhD berbicara mengenai pentingnya mahasiswa dalam mengembangkan kapasitas intelektual dan tak lupa juga membangun karakter moral yang memadai.

Mula-mula, pidato rektor berbicara mengenai pentingnya menjaga dan menjunjung tinggi nilai dan norma akademik atau academic excellence. Ciri dari norma academic excellence adalah: 1) cinta akan kebenaran dan ipteks serta menjunjung tinggi asas-asas ilmiah dalam pengembangan ipteks, 2) semangat dan komitmen yang tinggi untuk memajukan ipteks; 3) saling menghormati perbedaan cara pandang, dan 4) saling terbuka untuk berdialog dalam kerangka upaya memajukan ipteks. Walaupun terbagi ke dalam berbagai bidang ilmu, mahasiswa ITB harus menggunakan keberagaman ilmu pengetahuan tersebut untuk berinteraksi, berdialog, dan berkolaborasi demi kemajuan ipteks.

Sementara itu, kampus ITB sebagai wadah pengembangan potensi kapasitas intelektual juga mempunyai fungsi lain. Selain kapasitas intelektual, mahasiswa pun perlu mengembangkan karakter moral yang baik. "Tanpa karakter moral yang memadai, kapasitas intelektual akan menjadi ibarat 'senjata di tangan orang buta," ujar Akhmaloka. Pada sambutannya, Akhmaloka menjelaskan tentang dua unsur penting dari karakter moral tersebut, yaitu tanggung jawab sosial dan akuntabilitas sosial.

Seorang insan ipteks dikatakan memiliki tanggung jawab sosial yang besar karena dengan ilmunya ia sewajarnya mampu menciptakan solusi bagi permasalahan di sekitarnya. Tanggung jawab tersebut didasarkan pada rasa kepedulian sosial. Unsur selanjutnya adalah akuntabilitas sosial. Seorang insan ipteks harus mampu melihat dan memperhitungkan konsekuensi sosial dari tindakan yang ia lakukan. Ia bertanggung jawab untuk memastikan bahwa keputusan yang ia buat tidak menimbulkan konsekuensi sosial yang negatif. Unsur ini pun didasari atas rasa kepedulian sosial.

Kepedulian sosial ini diharapakan dapat dilatih dan diasah di kehidupan perkuliahan dan kampus. Kedua unsur diatas dapat dipelajari baik di kelas, ruang studio, kuliah lapangan, maupun juga kegiatan kemahasiswaan. Lawan dari kepedulian sosial adalah ketidakpedulian sosial. Sifat ketidakpedulian inilah yang menjadi sumber dari sifat apatis terhadap ketidakpedulian hak orang lain dan memupuk benih-benih tumbuhnya watak korup. Jika ketidakpedulian sosial sudah tertanam dalam karakter seseorang, maka ia akan rentan terhadap godaan untuk melakukan korupsi.

Ipteks memang tidak secara eksplisit memerintahkan misi sosial tertentu. Namun nafas dari ilmu pengetahuan adalah prinsip menjunjung tinggi kebenaran. Yang didalamnya, tertuang semangat-semangat membela hak orang lain dan membela pihak yang benar. "Seorang insan ipteks sejati akan selalu menjauhi praktik korupsi karena ia selalu menjunjng tinggi asas kebenaran dan martabat luhur manusia," papar Akhmaloka.

Di akhir sambutannya, Akhmaloka berpesan pada ribuan mahasiswa baru bahwa mereka adalah putra-putri bangsa yang telah meraih kesempatan. Disana terdapat amanah untuk selalu memberikan yang terbaik. Maka semangat memberikan yang terbaik harus bisa dijiwai dan dijadikan karakter untuk menempuh perjalanan akademik di ITB.