SBM ITB: Manajemen Pengetahuan di Tengah Situasi Pandemi
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id--Manajemen pengetahuan menjadi sangat penting bagi bisnis dan organisasi dalam menghadapi situasi pandemi seperti saat ini. Manajemen pengetahuan adalah sebuah metode yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi, menciptakan, dan mendistribusikan pengetahuan yang dipelajari kembali untuk keberhasilan dalam mencapai tujuan. Hal ini dijelaskan dalam webinar “Quo-Vadis dalam Implementasi Manajemen Pengetahuan: Menjadi Organisasi yang Agile,” yang diadakan oleh Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM)-ITB, Sabtu (24/10/2020) secara daring.
“Manajemen pengetahuan untuk menjadi agile sangat diperlukan dalam organisasi terutama bagi SBM sendiri karena menghadapi lingkungan yang turbulen,” kata Reza Azhari Nasution saat membuka webinar tersebut.
Wakil Dekan Bidang Sumber Daya & Kepala Grup Strategi Bisnis dan Keahlian Pemasaran ini juga mendorong semua orang untuk bergabung dengan webinar ini karena dapat memberikan nilai dalam meningkatkan performa atau pengetahuan kita terhadap manajemen pengetahuan.
Pembicara pertama, Achmad Ghazali yang merupakan dosen SBM-ITB mengatakan bahwa manajemen pengetahuan sudah dikenal sejak tahun 1990 dari bukunya Peter M. Senge. “Manajemen pengetahuan ini sangat penting sama halnya dengan manajemen keuangan atau manajemen operasional dalam perusahaan,” ujar Achmad.
Dalam paparannya, Achmad juga menampilkan hasil penelitian dari lembaga konsultan Deloitte, yang menyatakan bahwa manajemen pengetahun ini sangat penting bagi kemajuan perusahaan 1 sampai 2 tahun ke depan. Oleh karena itu, seorang manajer dalam perusahaan harus memanfaatkan manajemen pengetahuan dalam berinovasi. “Bisnis itu akan berubah dengan adanya inovasi, dan inovasi itu sendiri tidak akan terjadi tanpa adanya pengetahuan. Oleh karena itu, dalam sebuah organisasi diperlukan inovasi dan manajemen pengetahuan,” tutupnya.
Selanjutnya, Serafin D. Talisayon menjelaskan implementasi dari manajemen pengetahuan dalam menciptakan organisasi yang tangkas (agile). Dalam paparannya, Serafin memberi contoh bagaimana guru-guru yang ada di Filipina mampu beradaptasi dengan situasi pandemi ini melalui kursus daring yang ia ciptakan.
Dari segi bisnis sendiri, Libertha Hutapea dari Tokopedia menjelaskan bagaimana Tokopedia bisa menjadi organisasi yang tangkas (agile). Ia memaparkan setidaknya ada empat hal yang mendorong ketangkasan dari Tokopedia walaupun di saat krisis seperti ini, yaitu budaya, cara berorganisasi dan berkolaborasi, kepemimpinan, dan infrastruktur seperti teknologi.
“Budaya menjadikan kita berbeda dengan platform lain, kemudian bagaimana cara kita berorganisasi dan berkolaborasi juga mendukung dalam agility ini. Selanjutnya, kepemimpinan juga sangat penting serta peran teknologi yang dapat mempermudah cara kita bekerja sehingga organisasi menjadi agile,” ucap Libertha.
Sebagai penutup webinar, Prof.Dr.Ir. Jann Hidajat Tjakraatmadja M.Eng., menyimpulkan bahwa banyak sekali versi dari manajemen pengetahuan ini tetapi hasil akhirnya adalah sama yaitu ketangkasan (agility). Dalam seminar ini profesor dalam bidang manajemen pengetahuan ini berpendapat bahwa pembicara pertama Achmad Ghazali berbicara mengenai manajemen pengetahuan 3.0. Serafin D. Talisayon menjelaskan mengenai aplikasi dari manajemen pengetahuan 3.0, serta Libertha Hutapea yang membahas mengenai manajemen pengetahuan 4.0.
Reporter: Deo Fernando (Kewirausahaan, 2021)