Seminar Alutista: Menuju Minimum Essential Force 2014

Oleh Shinta Michiko Puteri

Editor Shinta Michiko Puteri

BANDUNG, itb.ac.id - Himpunan Mahasiswa Mesin (HMM) ITB yang turut didukung oleh Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) pada Senin (15/08/11) mengadakan Seminar Wawasan Keprofesian tentang Alutista (Alat Utama Sistem  Senjata) di Aula Timur ITB. Seminar Wawasan Keprofesian tentang Alutista ini terdiri dari tiga bagian. Untuk yang bagian pertama diadakan dengan tema "Menuju Minimum Essential Force (MEF) 2014".

Seminar ini menghadirkan empat pembicara, yaitu Djoko Sardjaji (Dosen Aeronautik ITB), Prof. Dr. Ir. Muljowidodo Kartidjo (Penasehat Produksi Pertahanan), Adik Avianto (Direktur Utama PT Pindad), serta Timbul Siahaan (Staff Ahli Menteri Pertahanan Bidang Teknologi dan Industri, Kementerian Pertahanan). Secara keseluruhan seminar ini memberikan penjelasan mengenai bagaimana Indonesia dapat mencapai MEF 2014 yang terbagi menjadi beberapa pokok bahasan, yaitu teknologi dan industri pertahanan dalam rangka mendukung kemandirian alutista, usulan kebijakan pengembangan sistem dan industri pertahanan di Indonesia, serta solusi cerdik dari sebuah sistem pertahanan.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 41 Tahun 2010, Pengertian MEF atau Kekuatan Pokok Minimum adalah suatu standar kekuatan pokok dan minimum TNI yang mutlak disiapkan sebagai prasyarat utama serta mendasar bagi terlaksananya secara efektif tugas pokok dan fungsi TNI dalam menghadapi ancaman aktual.

Menurut Prof. Dr. Ir. Muljowidodo Kartidjo, secara umum kebijakan dari pengembangan sistem dan industri pertahanan di Indonesia harus mempertimbangkan aspek-aspek yang menunjang sistem pertahanan suatu negara yaitu: (1) Paradigma; (2) Perangkat; (3) Teknologi; dan (4) Industri. Dari keempat aspek tersebut terbagi lagi menjadi beberapa jenis.

"Dalam menghadapi ancaman dari luar, kita juga harus memiliki solusi yang cerdik dari sistem pertahanan. Solusi tersebut dapat dilihat dengan mengkaji beberapa hal, antara lain kemungkinan ancaman musuh, kemungkinan serangan militer gabungan, dibuatnya zona larangan, mengetahui musuh riil, serta mengetahui kelemahan teknologi militer terbaru," ujar Djoko Sardjaji dalam seminar tersebut.