Seminar Berkarya Proficio Awards 2011: Keterbatasan Bukan Alasan untuk Tidak Berkarya

Oleh Ria Ayu Pramudita

Editor Ria Ayu Pramudita

BANDUNG, itb.ac.id - Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (KM ITB) mengadakan Seminar Berkarya dalam rangkaian kegiatan Proficio Awards 2011 dengan tema "Keterbatasan Bukan Alasan untuk Tidak Berkarya" pada Sabtu (29/01/11) di Aula Barat ITB. Pembicara yang diundang adalah M. Ridwan Kamil, Dosen Arsitektur ITB sekaligus Presiden Bandung Creative Community Forum (BCCF) dan peraih penghargaan Young Design Entrepreneur of the Year pada tahun 2006. Seminar ini menginspirasi para mahasiswa untuk tetap berkarya walaupun dalam keterbatasan, dengan mengubah bencana dan permasalahan menjadi sebuah anugerah.
Dalam seminar ini, Ridwan Kamil menyampaikan presentasi berjudul "Mencari Indonesia Baru melalui Inovasi dan Kreativitas Sosial" yang bercerita tentang idealisme dan usaha-usaha yang telah dilakukannya dalam pengembangan kreativitas dan desain di Indonesia, namun tidak melupakan aspek-aspek sosial dan lingkungan. Ditemani oleh Yanyan Sunarya, Wakil Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB, sebagai moderator, seminar ini memukau pesertanya dengan ide-ide kreatif Ridwan Kamil yang out of the box.

"Indonesia is dangerously beautiful," ujar Ridwan yang lahir di Bandung, pada 4 Oktober 1971 ini. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan dengan berbagai ancaman, mulai dari bencana alam seperti tsunami dan gempa bumi, sampai permasalahan-permasalahan sosial yang cenderung berlarut-larut. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia adalah negara yang sangat indah. "Karena itu Anda harus punya ekstra kreativitas untuk bertahan hidup di Indonesia," tegasnya.

Menjadi manusia Indonesia yang kreatif, menurut Ridwan, adalah menjadi manusia yang mampu memanfaatkan bencana dan masalah menjadi sebuah anugerah dan keindahan. Dia mencontohkan beberapa karyanya seperti rumah belajar untuk anak-anak korban gempa di Pangalengan. Memanfaatkan sumber daya lokal, baik material maupun pekerjanya, Ridwan mampu membangun sebuah sekolah yang tidak hanya berteknologi anti gempa karena dibuat dari kayu dan bambu, namun juga memiliki nilai estetika yang tinggi. Partisipasi masyarakat ditingkatkan, bahkan anak-anak kecilnya juga diberi kesempatan untuk mengecat sendiri bangku sekolahnya, selain untuk bermain, juga untuk meningkatkan rasa kepemilikan atas kelas-kelas tempat mereka belajar. Sekolah serupa juga dibangun Ridwan untuk para korban gempa Sumatera Barat.

Banyak sekali karya-karya kreatif dan inovatif yang ditelurkan oleh Ridwan, yang merupakan arsitek profesional kelas dunia yang karyanya telah banyak ditemukan di Singapura, Thailand, dan Cina. Pecinta kota (city lover) asli Bandung ini mengaku ingin mewujudkan Bandung sebagai kota kreatif berkelas dunia. Bersama BCCF Ridwan telah banyak menginisasi banyak kegiatan kreatif yang juga berwawasan lingkungan dan mengoptimalkan ruang publik. Bagi Ridwan, inovasi sangat penting. "Inovasi yang membedakan antara seorang pemimpin dan pengikut," jelasnya.

Ridwan telah, masih, dan akan terus berkarya. Mencoba mengubah kemalangan menjadi sebuah anugerah tentunya bukan hal yang mudah, namun dia menekankan pentingnya kolaborasi dari berbagai pihak untuk mewujudkan sebuah keinginan. Menurut Ridwan, tidak ada yang bisa mengubah dunia sendirian. Bahkan dalam seminar ini RIdwan mengundang para peserta seminar yang datang dari kalangan mahasiswa untuk bekerja sama dengannya sebagai volunteer dalam berbagai macam proyek inovatifnya. Ridwan percaya dengan filosofi recehan, lebih baik melakukan sesuatu, walaupun kecil, yang penting nyata.

Seminar ini menginspirasi mahasiswa untuk terus berusaha dan berkarya, tanpa melupakan idealisme yang dimiliki. Memang terlihat sulit, namun jika dipikirkan terus-menerus, pasti akan tercapai. Dengan begitu, niscaya visi besar yang diemban oleh Proficio Awards 2011, mewujudkan keprofesian sebagai jati diri kemahasiswaan ITB, akan tercapai.