A.D. Pirous: Genap 80 Tahun Berkarya

Oleh Amelia Rahma Faustina

Editor Amelia Rahma Faustina

BANDUNG, itb.ac.id - Abdul Djalil Pirous merupakan sosok inspiratif yang telah banyak menyumbang karya seni rupa dan menyumbang satu genre yang memelopori seni-seni bernafaskan Islam. Suatu rangkaian acara seni yang memperingati 80 Tahun A.D Pirous diselenggarakan pada 11 Maret hingga 8 April 2012, berupa Pameran Seni, Artist Talk, Seminar Nasional, dan Sarasehan. Tokoh kelahiran Meulaboh pada tahun 1932 tersebut tidak hanya telah banyak menghasilkan karya seni, namun juga memiliki perhatian pada pendidikan seni di Indonesia.
Lulusan Seni Rupa ITB tahun 1964 tersebut diangkat secara resmi sebagai tenaga pengajar tetap ITB segera setelah lulus, khususnya memberikan materi kuliah seni lukis, tipografi, dan kaligrafi. Delapan tahun kemudian ia menjadi salah seorang pendiri, ketua, dan dosen senior program studi Desain Komunikasi Visual. Tahun 1984, ia menjabat sebagai dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB.

Ja'u Timu, Rangkaian Perjalanan dalam Berkarya

Ja'u Timu, sebuah ungkapan Aceh yang berarti "Mengarahlah ke Timur", menjadi dasar peringatan 80 tahun A.D. Pirous. Ungkapan yang pernah dibisikkan ayahnya saat berumur 14 tahun tersebut mengarahkan A.D Pirous dalam perjalanannya berkarya. Ja'u Timu adalah semangat mengembara, sikap mencari ilmu yang berbinar, mencari yang berguna, dan jalan menemukan diri sendiri. "Barangkali orang perlu ke Barat dahulu untuk memahami Timur," ungkap Pirous, "Atau mungkin juga orang bisa terlebih dahulu menghayati hakikat Timur dan menemukan Barat di dalamnya."

Dalam konferensi pers yang dilakukan sebelum Seminar Nasional berjudul "A.D. Pirous dan Manfaat Seni di Indonesia" dimulai pada Selasa (20/3/12), A.D. Pirous mengungkapkan bahwa ia ingin karya-karyanya tidak hanya dinikmati sebagai karya seni saja, namun masyarakat dapat menghayati makna yang terkandung di dalamnya. Karya-karya yang ia buat lekat dengan kehidupan sehari-hari, tidak hanya dalam hal spiritualitas, namun juga identitas, moralitas, dan modernitas bangsa.

Rangkaian acara dimulai dengan Pameran Seni Rupa dan Arsip bertempat di Selasar Sunaryo Arts Space, 11 Maret hingga 8 April 2012. Ada pula Seminar Nasional yang membicarakan tentang manfaat seni rupa di Indonesia, menghadirkan empat pembicara, yaitu Prof. Dr. Ahmad Syafi'I Ma'arif (Ma'arif Institute for Culture and Humanity), Dr. Ignas Kleeden (Universitas Indonesia), Dr. Yasraf Amir Piliang (Institut Teknologi Bandung), serta Prof. Kenneth M. George, antropolog Indonesianis dari Winsconsin University.

Selain itu, diselenggarakan pula Pameran Seni Grafis  40 Tahun Grafis-grafis A.D. Pirous yang dikuratori oleh Aminuddin TH. Siregar. Pameran tersebut bertempat di Galeri Soemardja (20 Maret - 8 April 2012) bertajuk "Meninggi, Mendalam, dan Menyaring" memajang 40 karya dengan teknik cetak tinggi (relief print), cetak dalam (intaglio), dan cetak saring (serigraf) milik A.D. Pirous. Pameran tersebut juga tergolong bersejarah karena merupakan pameran tunggal seni grafis pertama yang diselenggarakan di Bandung  dan pameran ini pun merupakan pameran retrospektif pertama A.D Pirous khusus untuk karya seni grafis.