Seminar Geologi 2007

Oleh

Editor

Bandung, itb.ac.id – Himpunan mahasiswa Teknik Geologi ITB atau lebih dikenal dengan GEA bekerja sama dengan Program Studi Teknik Geologi, Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) serta BP Migas mengadakan Seminar Geologi 2007 yang bertajuk Industri Migas di Indonesia : “Sekarang, Masa Depan, serta Problematikanya” (Sabtu, 31/03). Bertempat di Aula barat, seminar ini dibuka oleh rektor ITB, Dr.Djoko Santoso M.Sc pada pukul 09.00 WIB, telat satu jam dari jadwal awal.

Seperti yang diungkapkan oleh panitia acara, pada dasarnya, seminar ini berlatar belakang dari kondisi perminyakan di Indonesia yang mulai kritis. Dengan keadaan demikianlah, dibuat seminar yang mendatangkan pakar-pakar yang berkompeten dibidangnya dengan harapan dapat membuka pikiran dalam menyelesaikan krisis energi tersebut.

Seperti seminar pada umumnya, seminar ini dibagi dalam 2 sesi yaitu talk session I dan talk session II. Dengan mengangkat tema “Relevankah kondisi industri migas saat ini dengan kebijakan yang sudah ada ?”, talk session I menghadirkan Ir. R. Priyono, direktur pembinaan usaha hulu migas; Ir. Taslim Yunus MM, staf ahli kepala migas BP migas bidang investasi dan business development; Ir. Tjatur Sapto Edy MT, anggota komisi VII DPR RI; Dr. Ir. Andang Bachtiar MSc, ETTI/mantan ketua IAGI; Ir. Karsani Aulia, GM BOB PT BSP – Pertamina hulu sebagai pembicara. Sayangnya, Ir. Tjatur Sapto Edy MT tidak bisa hadir dalam seminar ini kerena sakit.

Sedangkan talk session II menghadirkan 3 pembicara yaitu Ir. Yarmanto M.Sc, manager eksplorasi Chevron Pacific Indonesia; Prof. Dr. Ir. R. P Koesoemadinata, guru besar Teknik Geologi ITB serta Dr. Kutubi, pengamat perminyakan. “Mampukah roda indutri migas berjalan sinergis dengan dunia pendidikan untuk menjawab tantangan ekonomi?” merupakan tema pada sesi kedua ini.

Kelangkaan BBM mengharuskan pemerintah meningkatkan subsidi BBM serta dampak sosial yang yang semakin serius, dominasi kepemilikan oleh investor asing , kelangkaan investasi eksplorasi yang merupakan masalah industri migas nasional dipaparkan dan dibahas dalam seminar ini. Kemajuan Indonesia dalam SDM dan teknologi ternyata belum behasil menjawab energi nasional. Disinilah dituntut peran serta ITB sebagai sebuah institusi, selain pemerintah dalam menghadapi tantangan bangsa ini, seperti yang diungkapkan oleh Ir. Taslim Yunus MM,“ Kalau membicarakan hulu migas maka harus meningkatkan aktifitas eksplorasi SDM, dan SDM ITB diharapkan dapat mengatasi hal tersebut”. Hal yang senada juga disampaikan oleh Ir. R. Priyono dengan mengharapkan adanya kerja sama ditjen migas dengan perguruan tinggi melalui joint studi secara real.

“Banyak orang yang berpendapat bahwa minyak di Indonesia dalam jangka 15 tahun lagi, 10 tahun lagi, bahkan 8 tahun lagi, tapi kenyataanya setelah hitungan tahun itupun minyak di Indonesia tetap ada,”kata Dr. Ir. Andang Bachtiar pada pidatonya dengan tema Are we running out of soil?.”Disini mereka tidak menghitung eksplorasi minyak baru,”tambahnya.

Dr. Ir Andang Bachtiar yang saat itu berpenampilan berbeda dari pembicara lainnya (memakai jaket GEA red) berkesimpulan bahwa minyak di Indonesia itu tidak habis, yang habis hanya pemikiran kita untuk menemukan minyak baru.

Saat ditanya mengenai relevankah kondisi industri migas saat ini dengan kebijakan yang sudah ada, sesuai dengan tema pada sesi pertama, Dr. Ir Andang Bachtiar kembali menegaskan kondisi industri migas nasional belum relevan jika kita masih ingin maju.

Yang menarik dari seminar ini adalah kenang-kenangan yang diberikan oleh panitia kepada pembicara berupa karikatur dari karakter pembicara masing-masing. Karikatur ini diberikan di akhir acara pada setiap sesi.