Kolaborasi Geologi dan Geofisika dalam Eksplorasi Industri Migas
Oleh Adi Permana
Editor Vera Citra Utami
BANDUNG, itb.ac.id—Serial webinar Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB) bertajuk Geologi ITB Menyapa hadir kembali dengan episode baru. Pada episode ke-17, Teknik Geologi ITB berbagi ilmu dengan masyarakat tentang “Penggunaan Metode Eksplorasi Geologi dan Geofisika di Industri Migas/Geotermal”. Mereka mengundang Dr. Eng. Ir. Prihadi Sumintadireja, MS., yang merupakan dosen kelompok keahlian Geologi Terapan, pada Sabtu (7/8/2021).
Geologi ITB Menyapa juga membuka donasi untuk bencana yang terkait dengan kebumian. Acara berlangsung secara virtual melalui Zoom dan disiarkan melalui kanal YouYube Prodi Teknik Geologi ITB.
Webinar sendiri dibuka dengan sambutan Agus Mochammad Ramdhan, Ph.D. yang menjelaskan hubungan antara geologi dan geofisika dalam metode eksplorasi. Metode geofisika, katanya, sangat berguna untuk mengover survei dalam area yang cukup luas dan mampu menembus kedalaman yang mungkin belum bisa ditembus teknologi pemboran saat ini. Hal ini erat kaitannya dengan geologi karena dapat memberikan bukti interpretasi geologi dalam cakupan yang luas dan sangat dalam.
Pada sesi pemaparan materi, Dr. Prihadi Soemintadireja kemudian menjelaskan tahapan dalam studi eksplorasi. Menurutnya, terdapat tiga hal penting ketika melakukan eksplorasi, di antaranya pengambilan data, pengolahan data, dan interpretasi data.
Tahapan Eksplorasi
Dalam melakukan pengambilan data, rencana kerja harus disusun berdasarkan tujuan atau kerap disebut kerangka acuan penyelidikan eksplorasi Geologi dan Geofisika yang sudah disepakati oleh manajemen perusahaan. Pada pengolahan data harus menggunakan strategi dan teknologi meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang sudah disepakati berdasarkan kerangka acuan atau menyamakan referensi. Lalu, hasil studi yang telah dilakukan dipresentasikan dan ditulis dalam bentuk laporan.
Berdasarkan pengalaman Pri, sapaan akrab Dr. Prihadi, dalam eksplorasi seringkali mengalami data dengan hasil berbeda. Menurutnya, hal ini sangat tergantung dari pengolahan dan interpretasi data yang melakukan. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman konsep geologi untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Grafik di atas menunjukan tahapan eksplorasi ditinjau dari risiko dan biaya kumulatif yang dikeluarkan. Pri menjelaskan, survei awal yang paling berperan dan standar dalam metode eksplorasi migas adalah geologi permukaan dan penginderaan jarak jauh. Metode itu memiliki risiko kesalahan sangat tinggi. Apabila salah di awal, maka proses selanjutnya tidak akan berarti dan menyebabkan kerugian.
Selanjutnya, prastudi kelayakan mulai mengalami penurunan, tetapi masih tergolong tinggi karena dilakukan analisis berdasarkan data asumsi. Pada studi kelayakan grafik risiko proyek sudah melandai karena sudah menggunakan data keteknikan yang diukur, tetapi grafik biaya kumulatif meningkat drastis karena memerlukan biaya yang sangat tinggi sampai pascaoperasi.
Metode Geologi dan Geofisika yang Digunakan dalam Eksplorasi
Pri menjelaskan metode-metode yang sering digunakan dalam eksplorasi Geologi dan Geofisika. Metode geologi yang utama digunakan, di antaranya petrologi, stratigrafi, sedimentologi, dan struktur geologi. Sedangkan metode geofisika yang paling canggih digunakan dalam industri migas, di antaranya seismik refleksi dan magnetotelluric untuk geotermal.
Magnetotelluric (MT) sering digunakan karena kedalaman penetrasinya. Control source audio magnetotelluric, ungkap Pri, bisa sampai 3—4 kilometer ke bawah permukaan. Dengan menggunakan sumber medan elektromagnetik di alam, yakni petir dan sinar matahari, MT biasanya dipasang 24 jam nonstop untuk mengukur sinyal-sinyal yang dipancarkan dari alam.
Magnetotelluric buatan atau CSAMT bahkan bisa lebih dalam lagi karena menggunakan dinamit dan diberi arus. Kedalaman penetrasinya dapat mencapai 1200 meter ke bawah permukaan. Sedangkan dalam melakukan metode seismik refleksi dan CSAMT, hasil yang diperoleh selalu diproses kembali dengan metode geologi struktur untuk memperjelas gambaran atau refleksinya. Terlebih jika dilakukan pada permukaan yang terdapat batuan vulkanik dan/atau batuan karbonat, energi dinamit yang diledakan akan terserap sehingga informasi penetrasi yang didapat dari data seismik tidak akan terlihat dengan baik.
“Data tidak akan pernah cukup dan memuaskan, tetapi kita bisa mengoptimalkan data yang ada dan batasi masalah,” ujar Pri pada akhir presentasinya.
Reporter: Pravito Septadenova Dwi Ananta (Teknik Geologi, 2019)