Seminar Hari Tuberculosis

Oleh asni jatiningasih

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id- Sabtu (7/6), Himpunan Mahasiswa Farmasi ITB menyelenggarakan seminar dalam rangka Hari Tuberculosis (TB). Seminar diadakan di Edukatorium Sekolah Farmasi dengan menghadirkan pembicara Dr.Joseph I.Sigit, dosen Sekolah farmasi ITB; Dr.Francisca, dokter Rumah Sakit Paru Dr. H.A. Rotinsulu; dan Angela Kilby, Alumni Massachusetts Institute of Technology (MIT) pelaksana projek teknologi berkaitan dengan TB. Seminar dibuka dengan presentasi Dr.Sigit mengenai gambaran TB secara umum. Tuberculosis disebabkan oleh bakteri bernama mycobacterium tuberculosis. Gejala-gejala penderita TB diantaranya batuk-batuk, sakit dada, nafas pendek, hilang nafsu makan, berat badan turun, demam, kedinginan, dan kelelahan. Objek TB biasanya anak-anak dan orang yang lemah sistem kekebalan tubuhnya.Transmisi bakteri tuberculosis biasanya melalui inhalasi, misalnya penularan dengan dahak penderita TB, dan lewat kulit. Beberapa diagnosa kasus TB diantaranya tes tuberculin di kulit, identifikasi bakteria di sputum (dahak), dan rontgen paru-paru. Tujuan pengobatan bagi penderita TB diantarnya menyembuhkan, mencegah kematian, mencegah relapse (kambuh lagi), dan mencegah penyebaran penyakit. Pada tahun 2005 dikatakan bahwa lebih dari sepertiga penduduk dunia terinfeksi bakteri TB. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan semua negara, khususnya di Afrika dan Asia, mengadopsi program bernama “Directly Observed Treatment, Short-course (DOTS)”. DOTS menganjurkan orang sehat untuk memonitor pasien, meyakinkan pasien mrngikuti proses pengobatan secara lengkap. Di Indonesia, program ini dinamakan Pengawas Menelan Obat (PMO). Pembicara kedua, Dr.Francisca, lebih memperdalam apa yang disampaikan Dr.Sigit sebelumnya. Ditambahkan bahwa tugas PMO diantaranya mengawasi pasien TB agar menelan obat teratur sampai selesai pengobatan, memberi dorongan agar pasien bersedia berobat teratur, mengingatkan pasien untuk pemeriksaan ulang dahak, dan memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien. PMO biasanya seseorang yang tinggal dekat penderita, membantu secara sukarela, dan bersedia dilatih dan mendapat penyuluhan bersama penderita. Selanjutnya, Angela Kilby mempresentasikan alternatif teknologi DOTS. Kilby dan timnya di MIT mengembangkan alat yang dapat memonitor pasien meminum obat. Setiap kali pasien meminum obat, pasien men-test urinenya dengan alat ini. Jika alat ini mendeteksi residu obat tersebut maka akan ditampilkan nomor-nomor unik. Pasien kemudian mengirimkan seri nomor unik tersebut via SMS kepada petugas di sumah sakit. Petugas akan mencocokan nomor unik yang dikirim dan memastikan sesuai, setiap obat memiliki nomor unik masing-masing. Penggunaan teknologi ini masih dalam proyek percobaan. Seminar berlangsung selama tiga jam dengan sesi pertanyaan sebagai penutup.

scan for download