Seminar LPIK 2008: Permasalahan dan Solusi Energi pada Industri di Indonesia

Oleh habiburmuhaimin

Editor habiburmuhaimin

BANDUNG, itb.ac.id - Kamis (20/11), Himpunan Mahasiswa Fisika Teknik ITB (HMFT ITB) mengadakan seminar bertajuk "Permasalahan dan Solusi Energi pada Industri di Indonesia". Seminar tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara Lomba Perancangan Instrumentasi dan Kontrol (LPIK) 2008. Seminar ini diadakan di ruang Auditorium Dengung Campus Center Timur ITB, menghadirkan empat pembicara dari latar belakang yang berbeda serta Brian Yuliarto, dosen Teknik Fisika ITB, sebagai moderator. Berlangsung selama empat jam, seminar terbagi menjadi dua sesi, yaitu pemaparan dari pembicara dan diskusi panel.

Seminar dibuka dengan sambutan Ketua Panitia, Muhammad Fikri Hernawan, dan Deddy Kurniadi DR. ENG selaku Ketua Program Studi Teknik Fisika ITB. Dalam sambutannya, Fikri mengungkapkan latar belakang LPIK ini diadakan. "Energi merupakan kebutuhan yang sangat diperlukan, terutama di Indonesia dan agar para mahasiswa sebagai penerus bangsa bisa berkontribusi untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut", ujar Fikri. Dedi mengungkapkan kegembiraanya atas inisiatif mahasiswa mengadakan acara ini dan berharap agar acara ini dapat dijadikan sebagai sarana belajar berorganisasi dan peningkatan 'core ability' mahasiswa sebagai calon engineer.

Dr. Ir. Herman Darnel Ibrahim, sebagai pembicara pertama, memaparkan mengenai kondisi dan masalah penyediaan energi dan ketenagalistrikan Indonesia. Herman membagi presentasi menjadi dua bagian, yaitu kondisi umum dan masalah penyediaan energi nasional; serta kondisi penyediaan tenaga listrik dan strategi mencegah krisis. Pada bagian pertama, Herman memaparkan sembilan tujuan pengelolaan energi yang tercantum pada UU Energi pasal 3. Kemudian, data kuantitatif cadangan energi fosil Indonesia dan potensi energi baru dan terbarukan diberikan Herman kepada peserta seminar. Terdapat juga sepuluh permasalahan energi nasional, antara lain kurang amannya pasokan energi primer batubara dan gas alam dalam negeri, banyaknya masyarakat yang belum mendapatkan akses sambungan listrik, belum seimbangnya penyediaan sarana tenaga listrik antara satu daerah dengan
daerah lainnya, dan penggunaan energi belum berlangsung secara hemat. Bagian kedua presentasinya, Herman menyebutkan paling sedikit tiga strategi pengembangan ketenagalistrikan nasional, yaitu penyehatan Pemegang Kuasa Usaha Kelistrikan (PKUK), fuel dan teknologi mix, dan sistem transmisi interkoneksi. Penyehatan PKUK
dapat dilakukan oleh pemerintah dengan berbagai macam cara. Pemerintah bisa memberikan subsidi yang lebih banyak sampai terpenuhinya margin sesuai tingkat ROR atau dengan melakukan penyesuaian tarif yang lebih tinggi. Sebagai penutup, Herman menekankan betapa pentingnya ketersediaan listrik dalam mencapai pertumbuhan ekonomi. "Listrik dulu baru pertumbuhan ekonomi", katanya.

Pembicara kedua, Ir. Koesnohadi, Msc, Manajer Konservasi Energi PT. Krakatau Steel, berujar bahwa energi merupakan suatu proses peningkatan nilai tambah, tak hanya sekedar materi/zat/bahan yang memiliki kemampuan kerja saja. Sumber daya energi juga merupakan potensi strategis untuk membangun fundamental kemandirian
dan daya saing industri baja nasional. Kebutuhan energi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun menyebabkan PT. Krakatau Steel mengembangkan konsep managemen energi. Dari segi pemanfaatan energi, dapat dilakukan melalui efisiensi, konservasi, dan diversifikasi energi. Selanjutnya, tampil sebagai pembicara ketiga adalah Asisten Manajer Konservasi Energi PT. Krakatau Steel, Ir. Yusuf Marhaban. Berbicara mengenai teknis usaha-usaha peningkatan efisiensi energi, Yusuf memaparkan perlunya 'focus process area' dalam hal efisiensi pemakaian energi.

Pembicara terakhir, Ferdi Armansyah, memaparkan perihal tinjauan kondisi kualitas listrik (power quality) dan kajian alternatif peningkatan mutu ketenagalistrikan pada sektor industri. Ferdi mengungkapkan bahwa salah satu permasalahan energi pada sektor industri adalah "kerdip tegangan". "Kerdip tegangan" dapat menyebabkan produksi terhenti hanya dalam durasi beberapa milisekon. Terakhir, Ferdi juga menjelaskan mengenai tiga pilar utama untuk sustainability sektor kelistrikan, yaitu konsumen, PLN, dan pemerintah.