Seminar Riset STEI dan PPTIK ITB 2006
Oleh Krisna Murti
Editor Krisna Murti
Kamis, 28 September 2006, Sekolah Tinggi Elektro dan Informatika (STEI) serta Pusat Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi (PPTIK) ITB bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM), menyelenggarakan Seminar Riset 2006. Seminar yang diselenggarakan di Aula Barat ini memaparkan 50 hasil riset para staf pengajar STEI dan peneliti PPTIK.
Dalam kata pembukanya, Dr. Adang Suwandi, Dekan STEI, mengutarakan bahwa seminar ini adalah 'milestone' membiasakan ITB melakukan riset. Adang banyak menyinggung mengenai usaha-usaha ITB menuju 'research university'. Sementara itu, kepala PPTIK, Ir.Armein Z Langi, MSc, PhD, menyatakan bahwa seminar ini adalah bentuk apresiasi terhadap peneliti. "Kami (PPTIK) tidak ada tanpa keberadaan peneliti," tutur Armein. "Ini adalah hari bahagia merayakan riset," tambahnya. Seminar ini dibuka oleh Profesor Emmy Suparka, Wakil Rektor bidang Penelitian dan Kemitraan, sekaligus Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM). Dalam kata sambutannya Emmy mengungkap pengalaman sibuknya LPPM mengurus penelitian-penelitian di lingkup ITB yang jumlahnya kini sekitar 600-an. Emmy juga memuji dan berterimakasi pada STEI dan PPTIK yang berinisiatif menyelenggarakan seminar riset ini. "Ini adalah salah satu bentuk kegiatan monitoring dan evaluasi yang patut dicontoh," ungkapnya. Dalam kesempatan ini Emmy juga menyebut mengenai anggaran penelitian ITB tahun 2006 yang masih 10,5 milyar. "Maaf tidak ada peningkatan dari tahun sebelumnya," tuturnya, "ITB sedang fokus pada pembiayaan maintenance yang kini sangat mendesak."
Dua dari 50 riset dipaparkan dalam sesi pleno yang ditempatkan sebelum dan sesudah sesi pararel. Sesi pleno pertama, diisi oleh pemaparan dari Armein Z Langi sendiri, bertajuk Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk Masyarakat Tertinggal. Armein memaparkan konsep pentingnya TIK dalam pengembangan sosio ekonomi komunitas. 'Sustainable digital economy' adalah terminologi yang digunakan Armein untuk menjelaskan bahwa TIK dapat menopang dan bahkan mengembangkan komunitas tertinggal. Konsep riset dan pengembangan TIK untuk masyarakat tertingga yang dilakukan Armein disebutnya sebagai '3 4 1' solution (baca: solusi tiga untuk satu). TIK dikembangkan bukan hanya dalam aspek infrastruktur fisiknya saja tapi juga dalam aspek 'pelayanan lanjut' dan aspek 'kepemerintahannya'. Ketiga aspek itu disinergikan untuk membangun komunitas. "Kita memang tidak akan membangun individu-individu," tuturnya, "Kita mau membangun keseluruhan masyarakat." Sesi pleno ini dilanjutkan oleh sesi pararel yang terdiri dari empat sesi presentasi riset dilaksanakan bersamaan. Sebanyak 48 riset staf pengajar STEI dan peneliti PPTIK dipaparkan.
Sesi pararel dilanjutkan oleh sesi pleno yang diisi pemaparan oleh Joko Siswanto dari Fakultas Teknologi Industri yang bertajuk Pengembangan Sistem Usaha Jasa Telekomunikasi Pedesaan Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nirkabel. Pemaparan Joko Siswanto ini menunjukkan pentingnya aspek bisnis dalam pengembangan teknologi. Riset tidak bisa hanya berhenti pada riset, namun harus dikemas dalam bentuk paket bisnis. Rektor ITB, Prof. Dr. Djoko Santoso, MSc.hadir di penghujung seminar untuk menutup seminar, sebelum seluruh hadirin menunaikan ibadah Sholat Magrib dan berbuka bersama.