SIBE 2017 Eratkan Kerjasama Antarnegara Demi Wujudkan Infrastruktur yang Berkelanjutan
Oleh Muhammad Arief Ardiansyah
Editor Muhammad Arief Ardiansyah
BANDUNG, itb.ac.id – Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL-ITB) sukses menyelenggarakan konferensi internasional ketiga lewat acara SIBE (Sustainable Infrastructure and Built Environment) 2017. Acara yang berlangsung pada hari Selasa dan Rabu (26-27/09/17) di Aula Barat ITB itu diikuti oleh 137 pemakalah yang berasal dari 12 negara berbeda. Seluruh makalah tersebut nantinya akan dipublikasikan dalam bentuk prosiding di Journal of Engineering and Technological Sciences yang telah terbukti kualitasnya dan terindeks oleh Scopus.
Indonesia, Pembagunan dan Infrastruktur
Sebagai negara berkembang, tantangan yang dihadapi Indonesia dalam hal pembangunan tak jauh berbeda dengan yang dihadapi oleh negara berkembang lainnya. Tantangan itu masih berkutat pada masalah keterbatasan dana dan kecepatan pembangunan infrastruktur berkelanjutan yang masih belum begitu tinggi. Akibatnya tentu jumlah infrastruktur yang tersedia belum memadai sehingga kegiatan investasi dan pembangunan terhambat.
Di sisi lain, Indonesia juga memiliki sumber daya alam dalam jumlah yang sangat melimpah. Daya dukung Indonesia juga terbilang cukup tinggi karena posisi geografis yang menguntungkan ditambah adanya faktor keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Jangan lupa faktor kearifan lokal yang memegang peranan penting. Keseluruhan faktor inilah yang menjadi potensi besar bagi Indonesia untuk mengimplementasikan infrastruktur yang berkelanjutan di negerinya sendiri.
Infrastruktur yang berkelanjutan sendiri memiliki bidang bahasan yang cukup banyak. Misalnya dari segi desain, perencanaan, material yang digunakan, kebijakan yang mempengaruhi, daya tahan, hingga implementasi dan verifikasi. Aspek-aspek tersebut juga dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Sebagai contoh implementasi dan verifikasi yang matang bisa jadi tidak banyak menghasilkan sesuatu apabila arah kebijakan yang ada belum dapat mengakomodir hal tersebut.
Maka dari itulah diperlukan sinergi dari berbagai pendekatan multidisiplin agar seluruh aspek diatas dapat terlingkupi dan SIBE 2017 menjadi momentum yang tepat dalam mewujudkan hal ini. Terbukti dengan konferensi internasional tersebut SIBE 2017 berhasil mempertemukan para peneliti, akademisi, konsultan, para profesional, hingga pihak pemerintah untuk bersama-sama membicarakan isu ini.
Bermula dari Kerjasama dan Bermuara pada Kerjasama Pula
Bila ditilik kebelakang, SIBE sesungguhnya lahir berkat kerjasama antara FTSL-ITB dengan Hokkaido University of Japan dan National University of Taiwan. Kerjasama diantara ketiganya dimulai pada tahun 2009 dengan munculnya konferensi internasional SIBE pertama. Kala itu tema yang dibahas adalah “Infrastruktur Berkelanjutan dan Lingkungan Terbangun di Negara-negara Berkembang”.
Masih mengusung topik yang sama, empat tahun kemudian konferensi internasional SIBE kembali digelar. Kala itu tema yang dibawa adalah “Percepatan Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan, Tantangan, Kesempatan dan Arah Kebijakan”. Konferensi internasional kedua tersebut juga digelar di tempat yang sama dengan tahun ini yakni di Aula Barat ITB. Konferensi kala itu membahas 9 topik infrastruktur berkelanjutan dalam bentuk diskusi panel yang diselenggarakan secara paralel.
Adapun pada SIBE tahun ini bahasan utamanya adalah mengevaluasi infrastruktur yang sudah ada di masa lalu dan di masa sekarang. Evaluasi tersebut mencakup keseluruhan aspek pendukungnya seperti inovasi teknologi, kebijakan, pencegahan pencemaran, dan teknologi ramah lingkungan. Hasil dari evaluasi ini dijadikan sebagai strategi pengembangan baru dalam hal infrastruktur berkelanjutan bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia.
SIBE 2017 juga mendapatkan dukungan yang sangat positif dari berbagai industri, organisasi, lembaga penelitian, dan badan-badan pemerintah yang terkait dengan pengembangan infrastruktur berkelanjutan ini. Tiga kementerian negara bahkan turut berperan aktif dalam penyelenggaraan konferensi internasional ini. Mereka adalah Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dan Kementerian PPN/Bappenas. Dua menteri dari kementerian tersebut bahkan menjadi pembicara khusus pada SIBE tahun ini, sementara satu menteri lainnya menjadi tamu kehormatan pada sesi cultural dinner yang diselenggarakan pada bagian penutup.
Selain menghasilkan prosiding yang dimuat di jurnal kelas dunia, konferensi internasioal ketiga ini pada akhirnya juga melahirkan kerjasama yang lebih erat lagi antara FTSL-ITB, National University of Taiwan, dan Hokkaido University of Japan. Tohoku University of Japan juga mulai bergabung kedalam kerjasama ini setelah salah seorang professornya menjadi pembicara utama dalam SIBE 2017. Hal ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh SIBE dalam memperkuat jalinan kerjasama lintas negara yang telah terbentuk demi mewujudkan cita-cita penyediaan infrastruktur yang berkelanjutan.