Sigit Puji Santosa: Sistem Transportasi Berkelanjutan untuk Tingkat Daya Saing Bangsa
Oleh Ahmad Fadil
Editor Ahmad Fadil
BANDUNG, itb.ac.id – Salah satu sektor yang penting bagi kemajuan Indonesia adalah dari segi efisiensi mobilitas penumpang dan barang, yaitu sistem transportasi berkelanjutan. Hal ini disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Alumni dan Komunikasi, Dr. Miming Miharja, saat membuka kuliah umum pada Rabu (7/2) di Aula Barat. Beliau menyampaikan bahwa sektor tersebut berkaitan dengan daya saing bangsa, terutama dari sisi fungsi dan ekonomi. Bagaimanakah cara membuat sistem transportasi berkelanjutan, aspek apa saja yang harus dipertimbangkan, dan apakah peran ITB? Untuk menjawab itu, ITB mengundang Dr. Ir. Sigit Puji Santosa, MSME, IPU untuk memberikan kuliah umum bertema “Membangun Sistem Transportasi Nasional yang Berkelanjutan dan Terintegrasi.”
Mengenal Dr. Sigit Puji Santosa, beliau merupakan sosok yang berpengaruh dalam dunia transportasi. Sigit menyelesaikan Ph.D-nya di Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan setelahnya banyak terlibat dalam pengembangan produk kendaraan di bawah perusahaan-perusahaan besar di Amerika. Memiliki berbagai pengalaman, Sigit berpendapat bahwa kita tidak bisa terus bergantung pada teknologi dari luar negeri. “Pasalnya, Indonesia masih menghadapi masalah klasik yang sulit dipecahkan, yaitu masalah kemacetan, polusi, dan ketergantungan terhadap bahan bakar minyak,” tukasnya.
Regulasi Baru
Belum selesai dengan masalah-masalah tersebut, Indonesia juga harus menghadapi tantangan dengan akan diberlakukannya regulasi baru di Amerika dan Eropa yang sangat ketat dalam mengendalikan emisi bahan bakar. Di tahun 2025 nanti di Amerika, kendaraan yang diperbolehkan diproduksi adalah kendaraan yang penggunaan bahan bakarnya dapat menempuh 56.5 MPG (mile per gallon) atau sekitar 24 km/liter. Padahal, produk-produk yang ada di pasaran Indonesia saat ini masih belum ada yang memenuhi standar tersebut.
Kondisi Infrastruktur Indonesia
Sayangnya, kondisi infrastruktur di Indonesia saat ini juga masih belum mendukung pertumbuhan ekonomi karena pertumbuhan aspek satu dengan yang lainnya masih belum sebanding. Dari tahun ke tahun, total jumlah kendaraan naik sebesar 15%, sedangkan total pertumbuhan kapasitas jalan hanya naik sebesar 4%. Yang paling harus diperhatikan adalah, grafik konsumsi bahan bakar dan produksi minyak di Indonesia berbanding terbalik yang mengakibatkan Indonesia banyak mengimpor minyak. “Padahal, salah satu prinsip dasar sistem berkelanjutan adalah minimalisasi penggunaan sumber daya yang tak terbarukan,” kata Sigit. Apabila tidak segera diberi solusi, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia pun bisa terhambat.
Sistem Transportasi Nasional yang Berkelanjutan dan Terintegerasi sebagai Solusi
Indonesia membutuhkan sistem yang mudah diakses, aman, nyaman, ramah lingkungan, dan harga yang terjangkau oleh masyarakat, yaitu sistem transportasi nasional terintegrasi berbasis listrik. Sistem tersebut cocok bagi Indonesia yang memiliki satu kota megapolitan (Jakarta) dan tiga kota metropolitan (Bandung, Surabaya, Medan) yang notabene penduduknya memiliki mobilitas tinggi. Harapannya, ke depan nanti Indonesia bisa memiliki kendaraan berbasis listrik yang memadai seperti bis elektrik, metro kapsul, dan LRT agar bisa langsung memfasilitasi mobilitas masyarakat tersebut.
Kembali ke permasalahan awal, untuk meningkatkan daya saing Indoneisa di dunia internasional, Indonesia perlu melibatkan pemangku kepentingan di semua sistem transportasi. Lebih baik lagi, jika yang bisa mewujudkan hal itu adalah sektor industri domestik. Maka dari itu, industri perlu membuat siklus pengembangan produk yang lebih pendek untuk mengejar tren yang berkembang pesat, serta memaksimalkan metode pengembangan produk berbasis simulasi virtual untuk menekan pembiayaan dan waktu. "Jika Indonesia berhasil menciptakan sistem transportasi berkelanjutan, terlebih bisa memenuhi standar global, maka kita pun bisa mengekspor produk kita ke luar negeri," kata Sigit.
Peran ITB dalam Mendukung Sistem Transportasi Berkelanjutan
Lembaga riset dan universitas harus membuka peluang penelitian untuk mengimplementasikan inovasi produk. Pada saat ini, ITB telah mendirikan pusat pengembangan teknologi transportasi berkelanjutan yang menaungi 8 Fakultas/Sekolah di ITB. Pusat ini oleh Kemeterian Risteksikti telah ditunjuk sebegai Pusat Unggulan Iptek Transportasi (PUI-STT). Selain bekerjasama lintas fakultas, PUI-STT juga bekerjasama dengan 6 perguruan tinggi dalam negeri dan juga dengan PT luar negeri, contohnya program USAID/SHERA dengan MIT, program Royal Academy of Engineering dengan Oxford University, dan program kereta cepat dengan Beijing Jiaotong University. Semoga dengan adanya kerjasama-kerjasama ini, sistem transportasi Indonesia bisa menjadi lebih baik.
Reporter: Vera Citra Utami