Simulasi Hilal di 9 Lokasi Kerjasama ITB dan Berbagai Lembaga

Oleh asni jatiningasih

Editor asni jatiningasih

BANDUNG, itb.ac.id- Hari dalam satu bulan Islam dapat berjumlah 29 atau 30 hari, sehingga dalam satu tahun dapat berjumlah 354 atau 355 hari. Dasar penetapan awal Bulan Islam ditentukan oleh hilal, sabit Bulan tipis yang nampak oleh kasat mata pada langit senja di kaki langit Barat setelah ijtimak atau konjungsi. Acuan Visibilitas hilal ini berimplikasi bahwa setiap bulan Islam bisa terdiri dari 29 atau 30 hari.Sabtu (19/09/09) yang akan datang, akan dilakukan tayang langsung hilal awal Syawal 1430 H. Institut Teknologi Bandung akan menyediakan layanan tayangan langsung hilal astronomi melalui halaman web bosscha ITB atau web ITB untuk memberikan informasi hilal astronomi secara lebih luas dan terbuka kepada masyarakat. Simulasi tayangan hilal yang menunjukan proses yang nanti akan ditampilkan saat tayangan langsung sudah dapat disaksikan melalui web bosscha ITB atau web ITB. Simulasi ini menunjukan situasi saat Matahari tenggelam pada beberapa kota/daerah di Indonesia seperti NAD-Lhoknga, JaBar-Bosscha, JaBar-Pelabuhan Ratu, JaTeng-Semarang, JaTim-Tanjung Kodok, JaTim-Condrodipo, SulSel-Makassar, NTT-Kupang 1 & 2, dan MalUt-Ternate.       
Dengan simulasi dan live streaming, diharapkan agar masyarakat luas berkesempatan untuk dapat ikut menyaksikan hilal dan memahami fenomena alam yang terkait. Tayangan langsung pada 19 September 2009 nanti akan diselenggrakan oleh Departemen Agama dan Departemen Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan PT Telekomunikasi Indonesia, PT Telekomunikasi Selular, TVRI, dan Observatorium Bosscha - FMIPA, Institut Teknologi Bandung, yang juga mendapat dukungan tenaga IT dari Institut Teknologi Sepuluh November. Secara khusus, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan menangani pengamatan di Pelabuhan Ratu, Universitas Dian Nuswantoro akan membantu pengamatan di Semarang, dan Pemda Kabupaten Gresik akan menangani pengamatan di Condrodipo.

Hilal merupakan awal masuknya bulan baru pada kalender qomariyah (bulan) termasuk kalender Hijriah. Banyak kegiatan penting ke-Islam-an mengambil dasar posisi Bulan di langit, seperti Tahun Baru Hijriah, awal shaum Ramadhan, dan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Dengan demikian Informasi hilal astronomi yang disampaikan ini sekiranya dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan yang diperlukan bagi pengambilan keputusan oleh Badan/Institusi yang berwenang secara kenegaraan. Penyebarluasan informasi awal bulan baru yang ditandai oleh tampakan hilal dianggap penting karena menyangkut hajat umat Islam baik secara nasional maupun regional.

Adapun sidang itsbat yang dipimpin oleh Menteri Agama RI dan rukyatul hilal nasional direncanakan akan diselenggarakan tanggal 19 September 2009. Sidang itsbat penetapan 1 Syawal 1430 H perlu disimak dan hasilnya dijadikan acuan umat Islam di wilayah Indonesia, karena sidang tersebut melibatkan para berbagai ahli Hisab dan Rukyat dari komponen dan lembaga yang berkompeten dalam penetapan awal Bulan Islam. Rukyatul hilal Nasional yang melibatkan beberapa ahli astronomi tersebar di beberapa titik pengamatan di seluruh wilayah Indonesia (Kupang, Ternate, Semarang, Ujung Pandang, CondroDipo, LhokNga Aceh dan Observatorium Bosscha) dan rukyatul hilal para ahli rukyat dari ormas Islam maupun pemburu Hilal. Hasil pengamatan Hilal mereka menjadi pertimbangan dalam menetapkan awal Syawal 1430 H.

Hasil pengamatan hilal 19 September 2009 akan ikut menentukan apakah Ramadlan 1430 H terdiri dari 29 hari atau 30 hari. Bagi yang berpandangan posisi Bulan sudah cukup memenuhi kriteria tanda awal Bulan Syawal 1430 H maka awal Syawal 1430 H jatuh pada 19 September 2009 setelah maghrib dan shalat Ied 1430 H pada hari Ahad tanggal 20 September 2009.

Sumber berita: www.itb.ac.id/multimedia/hilal/, bosscha.itb.ac.id/hilal/, http://bosscha.itb.ac.id/hilal/images/document/Ramadhan_1430H.pdf