SINAU: Pengabdian Mahasiswa ITB dalam Menebar Kemilau Pengetahuan
Oleh Cintya Nursyifa
Editor Cintya Nursyifa
Sudah barang pasti jika kini negeri ini butuh bantuan dalam pemerataan kualitas pendidikan. Belum lagi semangat yang minim untuk melanjutkan sekolah guna meraih cita-cita sudah mulai terkikis oleh berbagai paradigma yang membelokkan asa anak bangsa. Di saat yang bersamaan tak kalah penting juga eksistensi sebuah bentuk pengabdian masyarakat sebagai wadah berbagi dan mengaktualisasi diri para mahasiswa. SINAU, diambil dari bahasa Jawa yang berarti "belajar", merupakan sebuah prototype rumah belajar untuk para pelajar di sekitar ITB Jatinangor yang membutuhkan fasilitas bimbingan tambahan sebagai pendukung kegiatan belajar.
"Penggagasnya adalah saya dan tim inisiasi perwakilan jurusan Rekayasa Hayati, Rekayasa Pertanian, dan Rekayasa Kehutanan angkatan 2012, Nurhayati, Walidah, dan Vany. Pelaksananya adalah penerima beasiswa bidikmisi SITH Rekayasa dan relawan pendidikan lain," ungkap Syaripudin, atau akrab dipanggil Ayip (Rekayasa Hayati 2011). Kegiatan ini telah dicanangkan sejak akhir 2013. Berkat sikap tanggap yang dipegang pengurus, ternyata kegiatan ini sudah mulai dapat dijalankan sejak awal 2014. Setelah 3 semester terlewati dengan segala suka duka serta pengalaman akhirnya tibalah di semester ke-4 pada kepengurusan SINAU yang ke-3. Atas hasil pemetaan tokoh masyarakat sekitar, awalnya diketahui SDN 1 Jatinangor yang membutuhkan bantuan pendidikan dirasa pantas menjadi tempat kegiatan ini. Tak disangka bahwa perkembangan pesat ITB kampus Jatinangor berdampak baik pada kegiatan ini, pembangunan masjid Al-Jabbar ITB akhirnya rampung. Hingga kini masjid tersebut menjadi lokasi SINAU berkarya.
Tingkatkan Efektivitas melalui Perbaikan Teknis dan Sistem
Perkembangan SINAU cukup pesat, setelah 2 tahun pertama belajar tanpa kurikulum dan peserta belajar hanya sukarela datang namun dengan perbaikan sistem yang dirancang para mahasiswa ITB ini berhasil membentuk kurikulum, menstandardisasi materi melalui buku cetak, dan tidak lupa mengadakan jalur komunikasi melalui pesan singkat bagi pelajar dan orangtuanya. Perkembangan cerdas ini ternyata mengundang respon Lembaga Rektorat ITB dalam bentuk dukungan dana sebesar 10 juta rupiah. Sedikitnya 110 pelajar SD, SMP, dan SMAÂ ditargetkan hadir menjadi binaan di setiap minggunya.
Sistem yang semakin efektif dan ikatan erat antara pengajar dan pelajar menjadi fokus tahun ini. Dengan Opening SINAU yang telah diadakan beberapa waktu lalu, diharapkan fokus tersebut tercapai. Kendala memang selalu ada, seperti jadwal pengajar yang bertabrakan dengan kegiatan lain, namun pertukaran jadwal pengajar pun menjadi solusinya. Saat ini para relawan mengupayakan untuk kegiatan motivasi berupa tour kampus guna menyemangati para pelajar terutama siswa kelas 12 yang kelak akan melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah. "(Harapannya, -red) SINAU menjadi tempat belajar yang selalu dirindukan, semakin baik dari waktu ke waktu , maju terus SINAU," tutup Maryati (Rekayasa Pertanian 2013) sebagai salah satu relawan yang aktif dalam pengabdian tersebut.