Sinergi dan Kolaborasi Jadi Kunci Penelitian ITB yang Unggul

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh

BANDUNG, itb.ac.id - Penelitian merupakan roh bagi sivitas akademika Institut Teknologi Bandung (ITB). Selama 2023, sebanyak 13.000 publikasi ilmiah telah dilahirkan. ITB terus berupaya meningkatkan jumlah penelitian yang unggul dan berkontribusi bagi ilmu pengetahuan.

Dalam Pameran Riset, Inovasi, dan Pengabdian Masyarakat ITB (PRIMA ITB) 2023 di Aula Timur, Rabu (20/12/2023), dilaksanakan gelar wicara untuk menciptakan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (PPM) ITB yang unggul melalui sinergi dan kolaborasi. Sesi tersebut dipandu Dr. rer. nat. Rino Rakhmata Mukti, S.Si., M.Sc.

   

Materi pertama disampaikan Direktur Riset, Teknologi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DRTPM), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M. Agr. mengenai optimalisasi sumber daya IPTEK melalui kolaborasi penelitian.

“Pendidikan tinggi memiliki peran memfasilitasi pembelajaran untuk membentuk sumber daya manusia yang mumpuni dan riset untuk menggagas inovasi baru. Implementasi keduanya diteruskan kepada masyarakat dalam bentuk pengabdian,” ucap Prof. Faiz.

Beliau menyoroti riset di Indonesia yang umumnya masih sampai tahap publikasi. “Apakah cukup sampai di situ? Tentu tidak. Hasil penelitian harus dikomunikasikan agar dapat diterima dan dipraktikkan oleh masyarakat. Kampus harus terus membuka diri agar mampu menjawab tantangan masyarakat di luar. Kekuatan yang kita miliki adalah riset dan para dosen adalah jantung dari pendidikan tinggi. Selain itu, targetnya adalah sampai mendapat paten dan hak cipta,” ujarnya.

Untuk melahirkan solusi permasalahan yang aplikatif, memerlukan lintas disiplin keilmuan. Saat ini, beliau tengah berupaya melakukan tracing penelitian dan membuat katalog riset yang telah digarap oleh berbagai lembaga. Di samping itu, dilakukan pendekatan klasterisasi berdasarkan kualifikasi performa perguruan tinggi, fokus kewilayahan sesuai dengan potensinya, focus of excellent research field, dan focus of innovation goal. Hal ini menjadi pintu gerbang untuk melakukan riset kolaborasi.

Masing-masing perguruan tinggi nantinya akan memimpin riset di bidang yang paling unggul. ITB sendiri mendominasi dalam penelitian bidang energi, transportasi, material maju, teknologi informasi dan komunikasi, serta pertahanan keamanan. Prof. Faiz mengapresiasi ITB atas dukungan penuh dan sokongan dana yang diberikan untuk penelitian.

“Kegiatan PRIMA ini juga penting sebagai percontohan perguruan tinggi lainnya dan yang paling penting dapat memberikan manfaat bagi masyarakat,” tuturnya.

   

Selanjutnya, Prof. Ir. Puji Lestari, Ph.D. membagikan resepnya agar penelitian yang dilakukan dapat terpublikasi dan berdampak hingga mancanegara. “Kuncinya adalah membangun jejaring internasional dan menjaganya agar terus tumbuh dan berkembang. Salah satunya dibangun dengan mengikuti konferensi internasional. Manfaatkan waktu sebaik mungkin untuk menjalin relasi dengan peneliti lain, berdiskusi, dan ajak kolaborasi dengan penelitian yang mirip,” ujarnya.

Beliau mengatakan, jika ingin menciptakan riset kelas dunia, diperlukan kolaborasi riset internasional. Kolaborasi yang dilakoni dapat berbentuk penelitian, supervisi, maupun publikasi. Menurut Prof. Puji, topik penelitian yang diangkat pun harus memperhatikan pasar kebutuhan internasional. Penelitian yang telah rampung kemudian dipublikasikan pada jurnal bereputasi.

“Meskipun sudah menjadi Guru Besar, saya tetap berusaha meningkatkan produktivitas publikasi, tidak hanya melakukan publikasi untuk mengejar kredit. Saya ingin memberikan contoh bagi generasi muda. Hal ini selaras dengan misi ITB untuk menerapkan Budaya Ilmiah Unggul, seperti yang disampaikan Rektor ITB, Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D., dalam sambutan pembukanya,” tuturnya.

   

Sesi Riset ditutup dengan pemaparan Prof. Dr. Ing. Zulfiadi Zulhan, S.T., M.T., yang sudah malang melintang bekerja sama dengan industri baja dan logam. Dosen dari Kelompok Keahlian Teknik Metalurgi tersebut menginisiasi pembentukan Laboratorium Pirometalurgi dan mulai melakukan berbagai macam percobaan yang menarik perhatian industri.

“Saat ini industri membutuhkan kemampuan mengolah barang tambang yang ada di Indonesia. Percobaan skala laboratorium kami berupaya memenuhi kebutuhan tersebut dengan meminimalkan masalah lingkungan yang dihasilkan,” ujarnya.

Prof. Zulfiadi telah berhasil memproduksi nugget besi dari konsentrat pasir besi, mengekstraksi logam magnesium dan ferroalloy dari slag feronikel, mengelola residu pelindian nikel, menjadikan sampah sebagai pengganti batu bara, menghasilkan inovasi peleburan nikel, membuat reaktor plasma hidrogen. Berbagai riset inovasi yang telah dikembangkan merupakan bukti nyata sinergi apik antara perguruan tinggi, pemerintah, dan industri.

Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)