STEI ITB Gelar Distinguished Lecture 2025, Bahas Inovasi Teknologi Masa Depan
Oleh Chysara Rabani - Mahasiswa Teknik Pertambangan, 2022
Editor M. Naufal Hafizh

BANDUNG, itb.ac.id – Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung (STEI ITB) berkolaborasi dengan IEEE SSCS and CASS menggelar "Distinguished Lecture", forum akademik yang mempertemukan pakar dari berbagai universitas kelas dunia. Acara yang berlangsung di Gedung CRiMSE ITB, Kamis (27/2/2025) ini menghadirkan empat narasumber ahli yang membagikan wawasan mengenai inovasi terkini dalam bidang teknik elektro dan informatika.
Pemaparan pertama disampaikan Isa Anshori, Ph.D., dosen ITB, yang membahas “Approach to the Development of Low-Cost Lab-on-Chip Devices for Biosensor Platforms”. Lab-on-chip semakin menarik perhatian dalam dunia kesehatan karena memungkinkan integrasi berbagai fungsi laboratorium dalam satu perangkat sehingga analisis sampel biologis dapat dilakukan lebih cepat dan efisien.
Menurutnya, lab-on-chip memiliki potensi besar dalam pengujian kesehatan, pemantauan penyakit, hingga screening medis. Namun, tantangan utama dalam pengembangannya adalah keterbatasan fasilitas mikro dan nano fabrikasi. Oleh karena itu, beliau menekankan pendekatan berbiaya rendah dengan memanfaatkan teknologi seperti 3D printing dan screen printing untuk menciptakan platform uji yang mendukung sensor. Beliau pun mendorong pembangunan fasilitas fabrikasi secara bertahap agar Indonesia dapat mengembangkan lab-on-chip secara mandiri.
“Jika dikembangkan dengan strategi yang tepat, lab-on-chip berbiaya rendah dapat menjadi solusi revolusioner dalam dunia kesehatan Indonesia,” ujarnya.

Selanjutnya, Prof. Mehdi Saligane, Ph.D. dari Brown University, USA, membahas peluang besar dalam desain chip terbuka (open chip design). Menurutnya, pendekatan ini menjadi solusi inovatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap penyedia layanan tertentu dan memungkinkan pengembangan chip yang lebih murah serta dapat diakses oleh lebih banyak pihak.
Program seperti OpenROAD dan FASoC, yang didukung oleh DARPA, telah menghasilkan beberapa tape-out sukses dalam berbagai teknologi fabrikasi. Inisiatif GLayout, berbasis perangkat open-source, juga memungkinkan percepatan desain dari skematik hingga tata letak akhir. Selain itu, integrasi bahasa natural dalam desain chip mulai dikembangkan untuk menyederhanakan proses desain dan mempercepat adopsi alat oleh para desainer.
“Dengan tren ini, industri semikonduktor akan semakin terbuka dan memungkinkan lebih banyak inovator untuk berpartisipasi dalam pengembangan teknologi chip di masa depan,” tuturnya.

Pemaparan berikutnya disampaikan oleh Prof. Makoto Ikeda, Ph.D. dari The University of Tokyo, Japan, yang membawakan topik “Acceleration of Encryption Algorithms, Elliptic Curve, Post Quantum Cryptoalgorithm (PQC), and Fully Homomorphic Encryption (FHE) + Activities Toward Chip Design Democratization”. Dalam era digital yang semakin kompleks, pengembangan algoritma kriptografi yang lebih cepat dan aman menjadi sangat penting.
Menurutnya, akselerasi berbasis perangkat keras menjadi kunci utama dalam meningkatkan efisiensi enkripsi, memungkinkan algoritma kriptografi berbasis kunci publik dapat diterapkan secara luas, bahkan pada perangkat dengan keterbatasan sumber daya.
Salah satu inovasi dalam bidang ini adalah Agile-X, platform yang bertujuan untuk mendemokratisasi desain chip sehingga akademisi dan startup dapat berkontribusi dalam industri semikonduktor. Selain itu, optimasi algoritma PQC berbasis lattice, hash, dan isogeny terus dilakukan guna menghadapi ancaman keamanan dari komputasi kuantum.
“Kolaborasi antara industri, akademisi, dan komunitas teknologi sangat diperlukan dalam menciptakan solusi keamanan yang lebih efisien dan dapat diakses secara lebih luas,” ujarnya.

Sebagai penutup, Nana Sutisna, Ph.D. dari ITB membahas “AI Hardware Accelerator Chip Design: From Algorithm to Real-Time Implementation”. Seiring meningkatnya kebutuhan akan komputasi AI berdaya tinggi, pengembangan akselerator perangkat keras menjadi solusi utama untuk mengatasi keterbatasan daya dan efisiensi pemrosesan.
Dalam implementasi AI real-time seperti kendaraan otonom dan sistem kesehatan, latensi minimal menjadi faktor krusial. Di sinilah akselerator perangkat keras memainkan peran penting. Dengan memanfaatkan pendekatan co-design, yang mana algoritma dan perangkat keras dirancang secara bersamaan, efisiensi daya dan kinerja dapat dioptimalkan.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa akselerator perangkat keras berbasis reinforcement learning (RL) telah menunjukkan potensi besar dalam navigasi robotik, pengelolaan jaringan listrik, hingga sistem komunikasi adaptif. “Untuk terus mengembangkan teknologi ini, kolaborasi antara akademisi, insinyur, dan industri sangat diperlukan agar tujuan akhir dapat dicapai,” katanya.
Acara ini menjadi wadah penting bagi akademisi, peneliti, dan mahasiswa untuk mendapatkan wawasan terbaru dalam teknologi semikonduktor, enkripsi, dan kecerdasan buatan. Dengan tren inovasi yang semakin terbuka dan inklusif, diharapkan kolaborasi lintas sektor dapat mempercepat perkembangan teknologi, khususnya di Indonesia. STEI ITB berkomitmen untuk terus mendukung riset dan pengembangan dengan menciptakan solusi yang canggih, inklusif, dan berkelanjutan.
Reporter: Chysara Rabani (Teknik Pertambangan, 2022)