Strategi Industri Pariwisata, Otomotif, dan Farmasi Menghadapi Situasi Kenormalan Baru

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id--Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM)-ITB kembali mengadakan seri webinar yang ke-11 dengan tema “Adapting Marketing Strategi in the New Normal Era By Getting Inside Consumer Brain ” pada Sabtu, (14/11/2020) secara daring. Webinar dibuka oleh Prof. Dr. Aurik Gustomo, S.T., M.T., selaku Wakil Dekan bidang Akademik SBM-ITB.

“Saat ini terdapat empat fenomena yang memengaruhi kehidupan di lingkungan bisnis, di antaranya adalah Black Swans Effect seperti COVID-19, transformasi digital, pendekatan antargenerasi, serta kompetisi dan kooperatif,” ujar Aurik. Ia juga menekankan empat fenomena tersebut akan mewarnai strategi dalam bisnis.

Dalam webinar tersebut, pembicara pertama Titus Indrajaya, selaku Wakil Ketua Association The Indonesia Tour and Travel Agencies (ASITA) regional Banten memaparkan strategi dalam bidang pariwisata di situasi kenormalan baru ini. Strategi itu di antaranya adalah komparatif, kompetitif, dan kooperatif. “Untuk strategi komparatif, perusahaan harus memanfaatkan unique resource untuk menjadi yang terbaik di pariwisata agar mampu bersaing baik di domestik maupun di internasional dan mencapai value terbaik,” imbuhnya.

Ia menjelaskan bahwa dalam strategi kompetitif hal yang harus dilakukan oleh perusahan adalah fokus dalam mengelola portofolio wisata, memberikan pelayanan prima kepada wisatawan, serta diferensiasi dalam memberikan layanan wisata. Strategi yang terakhir yang digunakan adalah kooperatif yakni melakukan kemitraan antarpelaku pariwisata.

Pembicara selanjutnya dari industri otomotif adalah Harold Donnel, Kepala Pengembangan Merek dan Riset Pemasaran PT Suzuki Indomobil Sales. Ia menceritakan bahwa saat ini Suzuki berada di situasi tidak pasti dan volatil karena COVID-19. Dalam menghadapi ketidakpastian, Suzuki memiliki strategi dengan memetakan situasi ekonomi regional serta makro ekonomi dan kebijakan, kemudian memprediksi alasan pembeli dalam membeli suatu produk.

“Dari situasi uncertainty ini kita transfer ke situasi volatility di mana kita menyeimbangkan antara permintaan dan penawaran, lebih mudah mengelola sumber daya, menggunakan teknologi masa depan, dan pergeseran teknologi dengan mengondisikan dengan lingkungan sekitar,” tuturnya.

Pembicara terakhir, Sri Hartono dari industri farmasi memaparkan strategi yang bisa digunakan oleh perusahaan farmasi untuk beradaptasi dan pemulihan di kenormalan baru ini. Strategi tersebut adalah melakukan pemetaan ulang terhadap portofolio produk berdasarkan perubahan pasar, mengorganisasikan kembali struktur dan menemukan pendapatan dari sumber lain.

Selanjutnya adalah utilisasi digital dan analitik di industri sebagai akselerasi, mencari talenta baru yang berkompetensi, dan yang terakhir adalah dengan melakukan diversifikasi bisnis.


Sebagai penutup, Dr. Mustika Sufiati Purwanegara yang merupakan ketua Kelompok Keahlian strategi bisnis dan pemasaran serta direktur Lab Neuro Bisnis SBM-ITB menyampaikan, pendekatan yang bisa kita gunakan dalam situasi kenormalan baru adalah dengan mendapatkan wawasan (insight) dari apa yang terjadi di otak konsumen dan membuat itu relevan dengan mereka.

Ia juga menyampaikan bahwa saat ini terjadi perubahan tingkah laku dengan adanya kecenderungan untuk berpikir tidak rasional pada konsumen yang disebabkan oleh stres dan ketakutan akan COVID-19. “Informasi membuat kita takut dan berpikir tidak rasional, ditambah lagi dengan hormon stres yang membludak yang membuat kita tambah berpikir tidak rasional,” ucapnya.

Reporter: Deo Fernando (Kewirausahaan, 2019)