Studium Generale: Rebut Pasar Dunia Berbekal Ekonomi Kreatif

Oleh Holy Lovenia

Editor Holy Lovenia

BANDUNG, itb.ac.id - Perkembangan kehidupan dunia dan bisnis pada saat ini telah mengalami pergeseran paradigma, yaitu dari era ekonomi berbasis sumber daya alam menjadi ekonomi berbasis pengetahuan dan kreativitas. Pada Rabu (31/08/16) pukul 09.00-11.00, kuliah umum Studium Generale kembali digelar di Aula Barat ITB dengan pembicara Dr. Komarudin Kudiya, S. Ip, M. Ds. selaku pendiri dan pemilik Batik Komar. Beliau diundang untuk memberikan kuliah umum bertajuk "Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya Menuju Pasar Dunia".

Kreativitas Bagi Peradaban Masyarakat Dunia

Peradaban manusia telah mengalami 3 gelombang fokus ekonomi, yaitu pertanian, industri, dan informasi. Saat ini, fokus ekonomi tengah bergeser ke arah kreativitas sehingga memicu timbulnya sektor industri kreatif seperti periklanan, arsitektur, pasar barang seni, dan lain sebagainya. Ekonomi kreatif berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat dunia dengan pemanfaatan nilai ekonomi dan sumber daya yang bukan hanya terbarukan tetapi juga tak terbatas seperti ide, gagasan, dan talenta. Dengan ini, industri menjadi berbasis lapangan usaha budaya kreatif (creative cultural industry), lapangan usaha kreatif (creative industry), dan hak kekayaan intelektual.

Indonesia sendiri memiliki potensi dalam industri kreatif ini, contohnya tekstil, seni ukir, dan seni tari. Sedangkan alat fotonik batik, Klungbot (robot angklung), dan Shibotik (gabungan shibori dari Jepang dan batik dari Indonesia) merupakan hasil produk budaya kreatif dan teknologi hasil kolaborasi dari perguruan tinggi dan komunitas (praktisi). Hasil karya bangsa yang bertaraf internasional dan mempunyai karakteristik nasional yang dapat bersaing secara global ini sering disebut sebagai Indonesia Design Power. Dengan budaya dan kreativitas, nilai dari suatu produk bangsa dapat dilipatgandakan dan menjadi lebih bermakna.

Memulai Industri Kreatif

Dr. Komarudin Kudiya menjabarkan bahwa sumber inspirasi untuk berkreasi dapat diperoleh dari membaca buku, menjelajah internet, majalah, dan pameran-pameran seni. Beliau juga memberikan saran bahwa desain produk yang kerap kali laku itu terkadang tidak sesuai dengan idealisme yang dimiliki oleh pembuat dan tidak bisa asal mengikuti tren yang sedang berlangsung. Eksplorasi dan referensi juga dibutuhkan untuk mengetahui selera pasar terhadap produk tertentu. Untuk Batik Komar sendiri telah dilakukan berbagai studi mengenai sketsa, bentuk, komposisi, dan produksi agar pasar dapat menjadi suatu produk yang baru, orisinal, dan berkualitas.

Teknik Amati-Tiru-Modifikasi atau lebih dikenal sebagai ATM juga tidak disarankan oleh Dr. Komarudin Kudiya. "Lebih baik kita buat sesuatu yang inovatif dan general atau mudah dikenali," ucap beliau saat dimintai pendapatnya. Pionir Gelar Batik Terpanjang yang tercatat di MURI dan Guiness World Record 2005 ini juga menerangkan tentang metode penentuan harga dari sebuah produk. "Pertama lihat dulu, biaya untuk research and development produk itu berapa, biaya produksi berapa, baru dikira-kira untungnya berapa."

"Kreativitas itu lahir dari rasa cinta," nasihat beliau. "Kita juga harus bersandar pada Tuhan bila kita mau apa yang kita lakukan bermanfaat bagi orang lain." Dr. Komarudin Kudiya percaya bahwa ekonomi kreatif inilah yang akan menjadi masa depan bagi masyarakat Indonesia dan dunia.