Sustainable Program Training Kolaborasa 2017 untuk Pengabdian Masyarakat yang Lebih Baik

Oleh Zoealya Nabilla Zafra

Editor Zoealya Nabilla Zafra

BANDUNG, itb.ac.id – Tridarma Perguruan Tinggi — pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian kepada masyarakat — merupakan sebuah visi yang dimiliki oleh seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Oleh karena itu, Tridarma Perguruan Tinggi menjadi tanggung jawab yang harus ditopang oleh seluruh mahasiswa di Indonesia dari Sabang hingga Merauke.

Sayangnya, walaupun poin ketiga dari Tridarma Perguruan Tinggi tersebut sudah sering dicanangkan langsung kepada masyarakat oleh mahasiswa, sering kali bentuk “pengabdian” tersebut terbengkalai setelah beberapa waktu. Hal inilah yang ingin dicegah oleh ITB dengan melaksanakan program pelatihan bertajuk Sustainable Program Training dalam Kolaborasa 2017 yang dilaksanakan pada Sabtu (28/10/17) di Ruang Seminar Lt. 1, Perpustakaan Pusat ITB.

Seminar ini berlangsung dari 10.00-15.00 WIB dan mencakup materi Design Thinking I, dengan materi Design Thinking II yang akan dilanjutkan pada Minggu (12/11/17). Pembicara seminar ini adalah Mohamad Yudiaputra Mashudi, direktur dari PT Purnatarum Murni Rahayu (PMR) sekaligus lulusan pascasarjana Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB pada 2009. Direktur PT PMR yang kerap dipanggil Kang Kampret mula-mula menyampaikan tentang pentingnya pemilihan mitra dalam pelaksanaan proyek. Mitra yang baik harus memiliki keinginan untuk mengembangkan dirinya, bukan hanya ingin diikutsertakan namanya dalam halaman kredit. “Bedakan partner dengan benalu,” tukasnya.

Dalam membuat suatu proyek, Kang Kampret menekankan tiga poin utama, antara lain (1) masalah, (2) peluang dan potensi, serta (3) kuantitas. Sebelum menyusun program pengabdian masyarakat, perlu diketahui terlebih dahulu masalahnya. “Jangan sampai ‘memperbaiki’ apa yang sebenarnya tidak perlu diperbaiki,” kata Kang Kampret. Selain itu, perlu ditinjau juga peluang dan potensi keberhasilan proyek tersebut. Jika masalahnya sudah ditemukan, namun peluang dan potensinya kurang, proyek tidak akan pernah bisa berjalan secara berkelanjutan.

Kuantitas menjadi hal terakhir yang menjadi fokus dalam pelaksanaan program pengabdian masyarakat. Jumlah keluarga atau komunitas yang dapat tercakupi dengan dilaksanakannya program tersebut juga menjadi hal yang krusial; semakin banyak keluarga yang dapat mendapatkan manfaat program tersebut, makin baik. Namun, hal paling penting dalam melaksanakan poin ketiga Tridarma Perguruan Tinggi adalah masyarakat itu sendiri. Masyarakat harus memiliki kesadaran dan pengertian mengenai masalah yang dihadapi dan cara menyelesaikannya. Peran mahasiswa yang utama adalah memberdayakan masyarakat tersebut hingga sadar dan mengerti sehingga masyarakat bisa berdikari.

“Kalau masyarakat hanya diberikan alat saja tanpa diberi pengertian terlebih dahulu, mereka menjadi tergantung dengan kita. Jangan hanya berpikir tentang objek yang akan kita buat, namun juga pemahamannya di masyarakat,” jelas Kang Kampret. Terakhir, Kang Kampret menutup seminarnya dengan sebuah kutipan. “Invest on the people, not the object,”

 

Sumber gambar: dokumentasi penulis