Tawarkan Rancangan Propalus, Tim Mahasiswa SBM ITB Sabet Gelar Terbaik 1 Nasional LKTI KBMK 2022
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Rangkaian kegiatan Kompetisi Mahasiswa Nasional Bidang Ilmu Bisnis, Manajemen, dan Keuangan (KBMK) 2022 telah selesai. Salah satu tim yang diturunkan oleh ITB dalam bidang penulisan Karya Tulis Ilmiah berhasil keluar sebagai juara pertama.
Kompetisi nasional tersebut diselenggarakan oleh Pusat Prestasi Nasional yang telah dimulai sejak 18 Agustus 2022 hingga 9 November 2022. Tim dari ITB yang terdiri dari Ghanef Rayyan Hanisfy (Bobby) dan Pujangga Reogavi (Roy) ini tergabung dalam Tim PnG dan membuat karya tulis ilmiah yang berjudul “PROPALUS (Program Pangan Surplus): Mewujudkan Ketahanan Pangan Berkelanjutan Melalui Program Pengoptimalan Kebijakan Konversi Lahan”.
Roy menjelaskan konsep Propalus yang mereka bawakan. “Propalus merupakan program yang bertujuan untuk mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan melalui 2 kebijakan yang ditopang dengan 5 program. Kebijakan tersebut terdiri dari kebijakan pemerintah mengenai konversi lahan dan ekstensifikasi Lahan Sawah yang Dilindungi (LSD).”
Program pertama, yakni menerapkan intensifikasi program Food Estate dengan konsep Pengembangan Lahan Gambut (PLG), namun tetap mempertimpangkan kondisi lahan dan menyesuaikan varietas tanaman yang dapat tumbuh di lahan gambut tanpa merusak ekosistem. Kemudian juga menerapkan program Urban Farming untuk menarik perhatian masyarakat—terutama generasi milenial, memberikan insentif kepada perusahaan yang menerapkan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) terkait isu ketahanan pangan. Insentif yang diberikan dapat berupa sertifikat atau bahkan program pendanaan dari pemerintah.
“Tak hanya itu, kami juga mengusulkan Program Carbon Trading sebagai langkah penebusan dosa perusahaan terkait polusi yang mereka ciptakan dan memberikan beasiswa LPDP yang sudah terintegrasi dengan baik bagi petani muda untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana, baik di dalam negeri maupun di luar negeri,” kata mahasiswa Kewirausahaan 2020 tersebut.
Bobby menambahkan, dalam kelima program tersebut, sebetulnya ada tiga entitas yang memengaruhi satu sama lain dan harus bersinergi agar berjalan dengan lancar. “Dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan juga petani. Pemerintah sebagai penegak regulasi, swasta sebagai pemegang investasi, dan petani sebagai praktisi.”
Saat ini, perizinan pengubahan lahan produksi pangan menjadi lahan nonproduksi (perumahan, industri, dll.), terbilang mudah dilakukan karena hanya mengurus perizinan ke pemerintah daerah terkait. Mahasiswa Manajemen 2020 itu mengungkapkan bahwa pihak swasta dengan modal besar dapat dengan mudahnya membeli lahan sawah untuk kepentingan sendiri.
“Karena itu, kami membuat alur yang membuat pihak swasta harus memberikan analisis urgensi serta dampak dari pembelian lahan sawah yang akan dilakukan. Izin tersebut baru diberikan jika BPS, perangkat pemerintah lain, dan pemerintah pusat approve juga,” jelasnya.
Alur yang berlapis tersebut membuat konversi lahan yang dilakukan benar-benar sesuai kebutuhan dan tidak akan menguntungkan pihak swasta saja.
Konsep donat ekonomi juga mereka kemas dalam karya tulis ilmiah ini. Donat ekonomi tersebut memberi pemahaman bahwa seluruh aspek dasar kebutuhan manusia memiliki kaitan erat dengan keadaan ekologis bumi. “Dari banyak aspek kebutuhan dasar dan aspek ekologis, kami menggarisbawahi aspek food dari lingkaran dalam dan land conversion dari lingkaran luar,” ungkap Bobby.
Propalus merupakan alternatif yang bisa diterapkan oleh pemerintah guna meningkatkan indeks ketahanan pangan negeri. Mereka berharap hasil gagasan ini bisa memberikan atensi yang lebih lagi terhadap isu yang dibawakan dalam G20 tentang ketahanan pangan.
Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)