Teknik Fisika ITB Dorong Mahasiswa Kembangkan Brain Engineering

Oleh Neli Syahida

Editor Neli Syahida

BANDUNG,itb.ac.id - Perkembangan ilmu Neuroscience sangat bergantung pada perkembangan teknologi, khususnya teknologi yang dapat memetakan otak dan koneksi antar sel saraf. Menyadari pentingnya hal tersebut, Teknik Fisika ITB mengadakan "Course on Current Brain Computer Interface Technologies in Brain Engineering" pada Jumat (29/11/13) lalu. Bertempat di ruang rapat Teknik Fisika, Gedung T.P. Rachmat ITB, acara ini mendatangkan pembicara dari Pusan National University South Korea, yaitu Prof. Keum-Shik Hong.

Teknologi yang ditekankan pada kuliah tersebut adalah funtional Near-Infrared Spectroscopy (fNIRS) untuk tujuan neuroimaging fungsional. Dengan fNIR, aktivitas otak dapat diukur melalui respon hemodinamik yang terkait langsung dengan keadaan neuron. Pada panjang gelombang Near-Infrared (700-900 nm), jaringan, kulit, dan tulang, tidak dapat menyerap cahaya dengan panjang gelombang tersebut. Namun, hemoglobin baik dalam bentuk bebas maupun terikat oksigen sangat kuat menyerap cahaya tersebut. Perbedaan spektrum yang dihasilkan dari oksihemoglobin dan deoksihemoglobin inilah yang dapat digunakan untuk menentukan konsentrasinya di dalam darah. Melalui pengkopelan neurovaskular, aktivitas neuron berhubungan erat dengan perubahan aliran darah dalam otak.

Kelebihan fNIR dibandingkan dengan teknologi pendahulunya, yaitu secara ekonomi fNIR lebih murah dan peralatannya lebih simpel. Selain itu, fNRI menggunakan metode yang non-invasif karena elektrodanya cukup ditempelkan pada kepala. Dari segala macam kelebihan fNIR biasa tersebut, selanjutnya ingin dikembangkan bentuk fNIR yang lebih canggih, yaitu Real Time Wireless fNIR. Dengan teknologi ini, diagnosis dan terapi yang berhubungan dengan patologi sistem saraf akan lebih cepat dan praktis. Selain itu, alat ini juga diharapkan dapat diaplikasikan dalam Brain-Computer Interface (BCI), di mana komunikasi langsung antara otak dengan peralatan eksternal mungkin terjadi. Jika BCI ini sudah dapat direalisasikan, maka kerusakan fungsi kognitif maupun sensorik-motorik pada manusia dapat diatasi.

Kuliah ini dibawakan dengan cukup menarik karena pembawaan Keum-Shik Hong yang humoris serta presentasi yang ia sampaikan juga dilengkapi dengan video simulasi, sehingga peserta menjadi lebih mudah membayangkan. Antusiasme peserta dalam mengikuti acara ini pun cukup tinggi. Tidak hanya mahasiswa program studi Teknik Fisika saja yang mengikuti acara ini, tetapi juga berasal dari jurusan Teknik Elektro, Teknik Informatika, Sains dan Teknologi Farmasi, serta jurusan lainnya. Bahkan, mahasiswa Tahap Persiapan Bersama (tahun pertama) pun juga tertarik untuk mengikuti kuliah ini.

Teknologi fNIR akan sangat menjanjikan di masa depan. Selain dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit terkait dengan otak dan saraf, Real-Time Wireless fNIR juga dapat menyelesaikan masalah medis yang hingga sekarang belum bisa terselesaikan, yaitu keterbatasan komunikasi pada pasien yang mengalami kelumpuhan. Selain itu, fNIR juga akan mampu menciptakan peralatan pendeteksi kebohongan (lie detector) yang selama ini hanya ada dalam fiksi ilmiah. Dengan peralatan ini, maka departemen kepolisian akan dipermudah dalam mengungkap kejahatan. Prof. Keum-Shik Hong juga berpesan kepada para calon engineer, "Untuk bisa bertahan dan sukses, ciptakanlah teknologi yang 10 tahun dari sekarang akan diidam-idamkan. Jangan terpaku dengan teknologi yang sudah ada saat ini." Kuliah tersebut diakhiri dengan pemberian penghargaan kepada Prof. Keum-Shik Hong dan juga foto bersama dengan seluruh peserta.


scan for download