Teknologi Robot dan Sistem Otonom yang Memanusiakan Manusia

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Robotika dan sistem otonom menjadi bahasan utama pada kuliah umum (KU) yang diadakan oleh Kelompok Keilmuan Teknologi Informasi Institut Teknologi Bandung (KKTI ITB) pada Kamis (15/04/2021). Kuliah publik ini disajikan oleh Dr. Kusprasapta Mutijarsa, S.T., M.T., salah satu dosen KKTI, yang telah berpengalaman sebagai panitia dan juri dalam kontes robot Indonesia sejak tahun 2015. KU ini dimoderatori oleh Prof. Dr. Ir. Jaka Sembiring, M. Eng. dan dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom selama kurang lebih 60 menit.

Sebelum memulai pembahasan tentang robotika dan sistem otonom, Soni—panggilan untuk Dr. Mutijarsa—menyampaikan konsep dasar dari cyber physical system (CPS). Sistem ini adalah interaksi antara dunia analog, dunia digital, dan dunia manusia yang saling berkomunikasi melalui internet. Menurut beliau, inilah yang menjadi dasar revolusi industri 4.0. Contoh paling sederhana dari CPS adalah ponsel pintar (smartphone) yang tanpa kita sadari telah menjadi ‘pasangan’ hidup kita.

Soni mengatakan bahwa sekarang posisi robot sudah bergeser, yakni robot tidak hanya ada pada industri, tetapi juga ada dalam kehidupan kita sehari-hari, misalnya robot servis. Teknologi robot telah mengalami evolusi sehingga mulai adanya personalisasi dan kenaikan sistem otonom pada robot. Dengan kata lain, robot kini dapat memiliki kemampuan kognitif, manipulasi, dan interaksi.

“Setiap teknologi baru itu menimbulkan kekhawatiran bagi manusia, tetapi perubahan yang terjadi tidak dapat dicegah,” kata Soni. Berbagai kekhawatiran inilah yang kemudian dibahas lebih mendalam pada kuliah publik ini.

Banyak orang khawatir akan berkurangnya—atau bergesernya—lapangan pekerjaan manusia akibat adanya teknologi robot and autonomus system (RAS). Nyatanya, menurut Soni, penemuan yang ada malah mengubah kehidupan manusia ke arah yang tidak pernah dibayangkan, misalnya penemuan kulkas, sepeda, dan mobil. Tidak ada yang menyesal dengan penemuan tersebut. Padahal, dengan teknologi tersebut, telah terjadi pergeseran lapangan pekerjaan.

Menurut Soni, pada dasarnya, tujuan RAS adalah untuk mengubah kehidupan masyarakat menjadi lebih bermakna. Soni menampilkan data dari World Economic Forum yang menunjukkan bahwa sekitar 75 juta pekerjaan akan digantikan oleh RAS, tetapi teknologi RAS ini juga akan menciptakan 133 juta pekerjaan baru. Jadi, manusia tidak benar-benar digantikan. Agar dapat bersaing, beliau berpesan, “Kuncinya adalah beradaptasi, terus belajar, dan mencoba mencari peluang dan kemampuan baru.”

Selain pekerjaan, Soni juga membahas isu-isu lain, seperti kebebasan data (privacy), bias oleh sistem, kegagalan sistem, keselamatan, regulasi, keamanan, dan etika. Isu-isu ini adalah masalah bersama yang harus didiskusikan bersama sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Menurut Soni, teknologi adalah dua sisi pisau. Ada manfaat, tetapi ada risiko. Ada kelebihan dan kekurangan. Namun, terlepas dari itu, para pegiat robot melihat semuanya dari sudut pandang kemanusiaan.

Reporter: Maria Khelli (TPB STEI, 2020)