Temu Awal Semester ITB: Tingkatkan Kinerja Institusi Secara Nasional dan Internasional

Oleh Adi Permana

Editor Vera Citra Utami


BANDUNG, itb.ac.id – Dalam rangka mengawali perkuliahan Semester 1 2021/2022, ITB mengadakan kegiatan Temu Awal Semester 1 pada Kamis (02/09/2021). Pertemuan yang berlokasi di Observatorium Bosscha ini dimoderatori oleh Sekretaris Institut, Prof. Dr.-Ing. Ir. Widjaja Martokusumo. Pembicara utama pada kegiatan ini adalah Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D. selaku Rektor ITB.

Selain itu, pertemuan ini juga menghadirkan pimpinan ITB lainnya, yaitu Prof. Dr. Ir. Jaka Sembiring, M.Eng. selaku Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Ir. Muhamad Abduh, M.T., Ph. D. selaku Wakil Rektor Bidang Keuangan Perencanaan dan Pengembangan, Dr. Ir. Gusti Ayu Putri Saptawati S., M.Comm. selaku Wakil Rektor Bidang Sumberdaya, dan Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi yakni Prof. Ir. I Gede Wenten, M.Sc., Ph.D.

Secara garis besar, pertemuan ini membahas mengenai transformasi yang lebih baik untuk mencapai sebuah tujuan. Pimpinan mengajak semua sivitas akademika untuk melakukan perbaikan maupun pembaruan sebagai respons terhadap introspeksi dan evaluasi diri. Perubahan yang baik ini harus dilakukan secara berkesinambungan. ITB sendiri memiliki berbagai strategi dalam mencapai kemajuan. Salah satunya dengan menyusun rencana strategis dengan semangat transformasi menuju Locally Relevant and Globally Respected University seperti yang diamanatkan oleh Senat Akademik.

“ITB mempunyai tradisi atmosfer akademik yang dillakukan sebaik-baiknya dan diupayakan bermanfaat bagi Indonesia. Untuk menciptakan transformasi, salah satunya dengan melakukan hal-hal yang sejalan dengan program Kampus Merdeka. Tujuannya adalah perluasan pembelajaran dan perluasan interaksi. Perluasan pembelajaran dapat memperkaya siswa menjadi multidisiplin, selain bidang utama pilihannya, karena paling tidak kita harus berinteraksi profesional dengan bidang lainnya. Sementara itu, perluasan interaksi ditujukan supaya mahasiswa memahami adanya keanekaragaman perspektif, memperkaya kita dalam menyelesaikan permasalahan, memperluas kepekaan, serta memperkuat kolaborasi,” tukas Prof. Reini.

Demi mencapai kemajuan, ITB bekerja sama dengan pihak-pihak yang memiliki kepakaran komplementer. Hal tersebut dirancang secara cermat dengan bekerja sama bersama Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH) yang memiliki banyak kesamaan salah satunya kesamaan tujuan. “Salah satu contohnya adalah dengan menyelenggarakan perkuliahan secara cross-listed courses bersama Unpad. Secara resmi mahasiswa dapat mengambil kelas-kelas yang komplementer di Unpad, adapun kerja sama antara peneliti di kedua institusi, dan juga mahasiswanya,” tambah Rektor ITB, Prof. Reini.

Prof. Reini mengatakan bahwa strategi tersebut ditujukan untuk mengembangkan resources, SDM, dan kepakaran. Pengambilan langkah tersebut diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan efisiensi pendidikan yang bersifat timbal balik dan saling menguntungkan, serta menjadikannya sebagai satu budaya yang dapat diperkuat.

“ITB akan senantiasa memahami dirinya, segala kekurangan dan kelebihannya. Kita juga akan terus bersabar dalam perjuangan untuk menggapai esok yang lebih baik dan terus membuka diri serta belajar dari semua pihak. Kita dapat mencari pihak-pihak mana yang terbaik di bidangnya sehingga kita mengalami kemajuan bersama dalam keselarasan,” tambah Prof. Reini.

Prof. Reini menjelaskan, prioritas ke depannya adalah mencapai tujuan 2025 untuk melakukan transformasi. Dalam upaya perubahan yang besar, kita harus cepat bergerak. Hal yang paling sulit adalah mengelola upaya bersama. Namun, Prof. Reini mempunyai jawaban untuk itu. “Kita harus walk with purpose, artinya berjalan dengan tujuan. Bukan tujuan yang datang ke kita, tapi kita yang datang. Ketika kita berjalan ke tujuan kita, kita perlu ‘lower your voice’. Fokus saja ke depan. Bukan berarti tidak menerima kritikan, tetapi kita harus saring mana yang menjadi masukan positif,” pungkas Prof Reini.

Reporter: Zahra Annisa Fitri (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2019)