Tim Bentala ITB Memboyong Gelar Juara dalam Hackathon Schneider Go Green 2023

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita

BANDUNG, itb.ac.id — Empat mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang tergabung dalam Tim Bentala meraih gelar juara 1 dalam Country Final Hackathon Schneider Go Green 2023. Keempatnya kemudian melaju ke final regional Asia Timur dan menjadi juara 3 dalam kompetisi tersebut.

Mereka adalah Acyuta Hafizh N. P. Jr. (13020094), Alicia Faustina (14520053), Malik Akbar H. Rafsanjani (13520105), dan Abdurrahman Sudais Al Ghifari (14520024).

Hackaton Schneider Go Green 2023 mengangkat tema “Circularity and Energy Efficiency for Buildings” yang berfokus pada dua sektor, yaitu perkantoran dan hotel. Peserta ditantang merumuskan desain solusi inovatif mengenai permasalahan di sektor terkait dalam kurun waktu enam jam. Solusi yang ditawarkan harus memenuhi kriteria efisiensi energi, integrasi dengan sistem Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT), serta kepuasan pelanggan.

Tim Bentala memilih integrasi sistem waste-to-energy dan IoT pada sektor perhotelan. Tidak seperti perkantoran, implementasi sistem IoT, sirkularitas, dan efisiensi energi di perhotelan belum banyak ditemukan. Terlebih, tren sektor pariwisata yang terus meningkat dari tahun ke tahun membuat akses perhotelan semakin tinggi sehingga input limbah yang dapat dimanfaatkan pada sistem waste-to-energy semakin besar.

“Pada problem statement kami diberi dua opsi, antara kantor atau hotel. Saat itu kami memilih hotel karena pariwisata sedang naik usai pandemi dan belum banyak juga intervensi terkait sustainability di perhotelan,” ujar Malik Akbar H. Rafsanjani.

Sistem yang dirancang oleh Tim Bentala merupakan sistem kompleks yang mengintegrasikan sistem waste-to-energy dan sistem IoT. Input sistem waste-to-energy berasal dari limbah yang diproduksi oleh tamu hotel berupa feses manusia, sisa makanan, dan air limbah. Ketiganya akan diubah menjadi 5 produk berbeda, yaitu listrik, udara pendingin (chilled air), CO2 capture, pupuk, dan air bersih melalui serangkaian sistem kerja berbasis sirkularitas.

Sistem waste-to-energy kemudian diintegrasikan dengan IoT yang akan melacak keberjalanan sistem tersebut dalam 2 jenis dashboard berdasarkan pengguna, yaitu dashboard pengelola hotel dan dashboard tamu hotel. Dashboard pengelola hotel dirancang agar pihak hotel mengetahui berapa banyak energi yang mampu dihasilkan oleh sistem dari berbagai jenis limbah. Sementara itu, dashboard tamu digunakan untuk melacak konsumsi energi oleh pengguna. Jika tamu hotel dapat menghemat konsumsi energi pada taraf tertentu, sistem akan memberikan insentif berupa membership point yang bisa ditukar menjadi berbagai layanan di hotel tersebut, seperti voucer makan, voucer spa, potongan harga, dan sebagainya.

“Yang membuat (sistem) ini jadi inovasi adalah integrasinya, itu yang kita tekankan. Karena semua komponen dan metode pada dasarnya sudah ada dari dulu, cuma masih terpisah -pisah. Oleh karena itu ide kami adalah bagaimana menggabungkan hal-hal yang sudah ada menjadi suatu sistem yang bisa saling support,” ungkap Alicia Faustina.

Dengan demikian, sistem integrasi yang dirancang oleh Tim Bentala melibatkan dua stakeholder utama dalam sektor perhotelan sebagai upaya mencapai keberlanjutan. Sistem dirancang sedemikian rupa agar dapat memberikan keuntungan bagi pihak-pihak yang aktif terlibat di dalamnya. Pihak pengelola hotel mendapat keuntungan berupa penghematan biaya serta konsumsi energi hingga 19 persen. Sementara itu, tamu hotel mendapat keuntungan berupa insentif dari hasil upayanya dalam menghemat penggunaan energi. Desain sistem seperti ini, menurut Tim Bentala, dinilai efektif mendorong kedua belah pihak untuk aktif dalam aksi keberlanjutan berdasarkan kepentingannya masing-masing.

Abdurrahman Sudais Al Ghifari menambahkan, sustainability baru dapat diraih jika semua pihak berkomitmen atas hal tersebut. “Dalam konteks industri perhotelan ini minimal dari sisi pengelola hotel dan tamu. Jika dua stakeholder ini sudah mempunyai komitmen yang sama soal sustainability, mereka akan mengintervensi industri perhotelan untuk lebih berkelanjutan ke depannya.”

Sebelum merumuskan desain sistem, Tim Bentala aktif mengikuti bimbingan dan mentoring dengan berbagai pihak, termasuk dosen, perwakilan Schneider Electric Indonesia, hingga pemenang lomba tahun sebelumnya. Selain itu, mereka banyak belajar dari studi kasus di luar negeri serta proyek-proyek sebelumnya yang didukung dengan ilmu dari perkuliahan. Dengan latar belakang keilmuan yang beragam, mereka mengakui bahwa kolaborasi, kerja sama, dan saling melengkapi satu sama lain adalah kunci keberhasilan.

Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2020)

Editor: M. Naufal Hafizh