Tim Biomedical Elektro ITB Bantu Penderita Cerebral Palsy
Oleh niken
Editor niken
BANDUNG, itb.ac.id- Tidak semua manusia bisa terlahir dengan sempurna ke muka bumi ini. Ada sebagian dari kita yang kurang beruntung dan terlahir dengan ketidaksempurnaan baik fisik atau mental. Yudis misalnya, sejak lahir ia divonis menderita Cerebral Palsy, penyakit yang menghambat kemampuan motoriknya.
Hingga kini usianya 18 tahun, Yudis masih bergantung pada orang lain untuk melakukan apa saja. Bahkan untuk berkomunikasi saja sulit sekali bagi Yudis. Ia hanya bisa mengandalkan ponsel kecil untuk melakukan komunikasi. Bukan dengan suara, tapi dengan mengetikkan sebuah pesan melalui layar telepon genggam tersebut. itu pun dilakukan Yudis tidak dengan mudah. Ia terpaksa menggerakkan ibu jarinya yang terasa berat untuk memijit tombol-tombol kecil di ponselnya.
Beruntung, tim Biomedical Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung mengembangkan sebuah alat yang bisa membantu Yudis berkomunikasi. Tim ini melibatkan Prof. Tati Radjab Mengko dan Prof. Adi Indrawan sebagai inisiator, Agung W. Setiawan, Astri Handayani, Dimas Aditya, dan Bayu sebagai tim pelaksana, bekerja sama dengan Desain Produk ITB.
Mereka menyebut proyek ini dengan Rehabilitation dan Assistive Technology. Alat yang dihasilkan dinamai Albatros (Alat Bantu Komunikasi & Akses Komputer Bagi Penderita Cacat Motorik). Albatros juga masuk dalam 101 inovasi Indonesia 2009 kategori Information and Communication
Technology (ICT).
Albatros didesain agar memudahkan Yudis mengetikkan pesan yang ingin disampaikannya. Sebuah joystik yang telah dimodifikasi diletakkan di daerah jangkauan tangan Yudis dan disambungkan pada sebuah layar yang cukup lebar agar ia bisa melihat dengan jelas. Yudis cukup menggerakkan joystik ke huruf-huruf yang tertera di layar dan mulai mengetik. Jauh lebih mudah dari pada harus memijit tombol telepon genggam. Sebuah monitor lain juga dipasang tempat orang lain membaca pesan yang diketikkan Yudis.
"Di samping itu, kami (tim Biomedical - red) berpikir alangkah baiknya jika memberi akses internet. Untuk membuka wawasan dia, wacana dia tentang dunia luar itu seperti apa?" Ungkap agung W. Setiawan saat ditemui Kantor Berita Jumat (04/12/09) di lab Biomedical Elektro ITB.
Proyek ini dimulai ketika tim biomedical menerima laporan kasus sekitar Maret 2008. Sebulan kemudian, anggota tim berangkat ke rumah Yudis di Yogyakarta untuk melihat kondisinya. Setelah melewati berbagai proses, pada 20 Oktober 2009 alat sudah bisa digunakan oleh Yudis. Proyek ini menelan biaya sekitar Rp 15-20 juta.
"Awalnya kita bikin protitype, gagal, kemudian bikin lagi, lagi dan lagi hingga berhasil," kata Agung. "Kemarin anaknya sudah bisa mengetik, sudah agak lancar mengetiknya, seperti kita mengetik di komputer." Tambah dia.
Dengan adanya albatros ini, tim biomedical berharap Yudis bisa menjadi insan yang lebih mandiri untuk menyokong kehidupannya.
"Dia kan suka bikin puisi. Dia selama ini menulis dengan sms. Arahan ke depannya, kita ingin Yudis ini mandiri. Dia bisa menulis puisi, menulis lagu, menulis cerpen, menulis apapun yang dia itu dapat income. Kita akan support." Ungkap Agung.
Masih Dalam Pengembangan
Meski telah berhasil membantu Yudis, tim Biomedical ITB terus mengembangkan Albatros menjadi lebih baik.
"Kemarin kita developer versi pertamanya. Jadi sangat awal, baik software maupun rangkanya. Itu versi satu. Kita tunggu ada feedback dari sana lalu kita kembangkan lagi." Jelas Agung. Selain itu, Agung juga mengatakan akan mengembangkan Albatros agar lebih bisa digunakan secara umum, sehingga bukan hanya Yudis yang bisa menikmati alat ini.
"Saat ini masih costumize, sebisa mungkin akan kita buat general. Jadi bisa dipakai untuk tempat tidur, kemudian ada yang di kursi roda. Alat ini maupun perangkatnya itu bisa ditempatkan di mana-mana, itu arahnya kita. Nanti ke depannya seperti itu. Tapi kita masih dalam tahap pengembangan." Agung juga berharap bahwa suatu saat nanti alat ini bisa lempar kepada publik menjadi alat yang bisa digunakan dengan mudah. [Nofri Andis]
Beruntung, tim Biomedical Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung mengembangkan sebuah alat yang bisa membantu Yudis berkomunikasi. Tim ini melibatkan Prof. Tati Radjab Mengko dan Prof. Adi Indrawan sebagai inisiator, Agung W. Setiawan, Astri Handayani, Dimas Aditya, dan Bayu sebagai tim pelaksana, bekerja sama dengan Desain Produk ITB.
Mereka menyebut proyek ini dengan Rehabilitation dan Assistive Technology. Alat yang dihasilkan dinamai Albatros (Alat Bantu Komunikasi & Akses Komputer Bagi Penderita Cacat Motorik). Albatros juga masuk dalam 101 inovasi Indonesia 2009 kategori Information and Communication
Technology (ICT).
Albatros didesain agar memudahkan Yudis mengetikkan pesan yang ingin disampaikannya. Sebuah joystik yang telah dimodifikasi diletakkan di daerah jangkauan tangan Yudis dan disambungkan pada sebuah layar yang cukup lebar agar ia bisa melihat dengan jelas. Yudis cukup menggerakkan joystik ke huruf-huruf yang tertera di layar dan mulai mengetik. Jauh lebih mudah dari pada harus memijit tombol telepon genggam. Sebuah monitor lain juga dipasang tempat orang lain membaca pesan yang diketikkan Yudis.
"Di samping itu, kami (tim Biomedical - red) berpikir alangkah baiknya jika memberi akses internet. Untuk membuka wawasan dia, wacana dia tentang dunia luar itu seperti apa?" Ungkap agung W. Setiawan saat ditemui Kantor Berita Jumat (04/12/09) di lab Biomedical Elektro ITB.
Proyek ini dimulai ketika tim biomedical menerima laporan kasus sekitar Maret 2008. Sebulan kemudian, anggota tim berangkat ke rumah Yudis di Yogyakarta untuk melihat kondisinya. Setelah melewati berbagai proses, pada 20 Oktober 2009 alat sudah bisa digunakan oleh Yudis. Proyek ini menelan biaya sekitar Rp 15-20 juta.
"Awalnya kita bikin protitype, gagal, kemudian bikin lagi, lagi dan lagi hingga berhasil," kata Agung. "Kemarin anaknya sudah bisa mengetik, sudah agak lancar mengetiknya, seperti kita mengetik di komputer." Tambah dia.
Dengan adanya albatros ini, tim biomedical berharap Yudis bisa menjadi insan yang lebih mandiri untuk menyokong kehidupannya.
"Dia kan suka bikin puisi. Dia selama ini menulis dengan sms. Arahan ke depannya, kita ingin Yudis ini mandiri. Dia bisa menulis puisi, menulis lagu, menulis cerpen, menulis apapun yang dia itu dapat income. Kita akan support." Ungkap Agung.
Masih Dalam Pengembangan
Meski telah berhasil membantu Yudis, tim Biomedical ITB terus mengembangkan Albatros menjadi lebih baik.
"Kemarin kita developer versi pertamanya. Jadi sangat awal, baik software maupun rangkanya. Itu versi satu. Kita tunggu ada feedback dari sana lalu kita kembangkan lagi." Jelas Agung. Selain itu, Agung juga mengatakan akan mengembangkan Albatros agar lebih bisa digunakan secara umum, sehingga bukan hanya Yudis yang bisa menikmati alat ini.
"Saat ini masih costumize, sebisa mungkin akan kita buat general. Jadi bisa dipakai untuk tempat tidur, kemudian ada yang di kursi roda. Alat ini maupun perangkatnya itu bisa ditempatkan di mana-mana, itu arahnya kita. Nanti ke depannya seperti itu. Tapi kita masih dalam tahap pengembangan." Agung juga berharap bahwa suatu saat nanti alat ini bisa lempar kepada publik menjadi alat yang bisa digunakan dengan mudah. [Nofri Andis]